Monev AHS Wilayah 5, Implementasi SKB 2 Menteri untuk Pemerataan Dokter SpesialisMonev AHS Wilayah 5, Implementasi SKB 2 Menteri untuk Pemerataan Dokter Spesialis
Academic Health System wilayah 5 menyelenggarakan monitoring dan evaluasi di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Selasa, 29 November 2022. Pertemuan ini mengevaluasi program kerja yang disusun bersama sebulan sebelumnya. Mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Kemendikbudristek dan Kemkes No.2/KB/2022 dan No.HK.0.1.08/MENKES/1269/2022.
Beberapa poin yang dibahas antara lain tentang strategi peningkatan kuota penerimaan mahasiswa program dokter spesialis dan program studi dokter spesialis. Serta program sarjana kedokteran.
FK UNAIR menjadi AHS Wilayah 5. Membawahi 19 fakultas kedokteran yang ada di Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB. “Kekurangan dokter spesialis di Wilayah 5 paling banyak ada di wilayah Jawa Timur, Diikuti oleh NTT dan NTB. Sementara itu Bali sudah cukup kecuali penyakit dalam dan obestetri.” Terang Dekan FK UNAIR, Prof.Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subsp.F.E.R.
Di AHS Wilayah 5 sendiri beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk 3 kluster pengampuan. Yang mana dalam satu kluster itu setidaknya memiliki satu Fakultas kedokteran yang terakreditasi A dan membawahi beberapa fakultas kedokteran lain.
FK yang terakreditasi A menerima mahasiswa PPDS. Mereka akan belajar di FK yang terakreditasi B untuk kemudian nanti diluluskan di FK UNAIR.
“Fakultas Kedokteran tipe B tidak boleh mendirikan prodi spesialis. Karenanya sembari fakultas tersebut menyiapkan prodinya, kami terima dulu di FK UNAIR nanti lulus pun dari FK UNAIR,” terang dekan.

Pemberian beasiswa juga menjadi upaya untuk meningkatkan jumlah dokter spesialis. Per 28 November lalu, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) membuka beasiswa bagi dokter untuk melanjutkan studi spesialis.
“Kemarin, ada penandatanganan antara Kemenkes dan Direktur LPDP untuk memberikan 560 beasiswa kepada calon dokter spesialis di tahun 2022.” tambah dekan.
Dalam upaya penambahan dokter spesialis, kesediaan rumah sakit pendidikan menjadi krusial. Tantangan yang dihadapi saat ini, masih ada 72 rumah sakit pendidikan yang direkomendasikan dari 482 rumah sakit pendidikan yang potensial.
“Dari 72 itu saja yang sudah melaksanakan pendidikan hanya 39,” tambah Dr. Arie Utariani, dr., SpAn., KAP dari ARSPI (Asosiasi RS Pendidikan Indonesia).
Sehingga menjadi tantangan ke depan adalah bagaimana rumah sakit yang potensial ini bisa menjadi wahana pendidikan. (ISM)