Tag: Spesialis

Mahasiswa Prodi Spesialis Paru Mendapat Penghargaan di Asian Pacific Society of Respirology (APSR)Mahasiswa Prodi Spesialis Paru Mendapat Penghargaan di Asian Pacific Society of Respirology (APSR)

Asian Pacific Society of Respirology (APSR) merupakan suatu asosiasi yang mewadahi para dokter yang menangani kasus penyakit paru dan pernapasan dari negara di wilayah Asia Pasifik. Kongres APSR dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan selain untuk membagikan pengetahuan terbaru juga sebagai ajang bagi para dokter dan peneliti di bidang penyakit paru dan pernapasan untuk menampilkan hasil penelitian mereka. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Dept P&IKR FKUA) sebagai salah satu pusat pendidikan dan penelitian di bidang penyakit paru dan pernapasan tentu saja ingin berperan serta dalam menampilkan dan menyebarluaskan hasil penelitian dan karya ilmiah mereka.

Oleh karena itu, pada Kongres APSR 2022 yang diselenggarakan di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 17-20 November 2022, Dept. P&IKR FKUA bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jatim mengirimkan beberapa wakil pada acara tersebut. Terdapat 9 wakil dari Dept P&IKR FKUA yang mengikuti acara tersebut terdiri dari 2 orang staf pendidik, 1 orang alumnus dan 6 orang PPDS untuk mengikuti acara tersebut.

Hari pertama dimulai dengan Workshop yang meliputi Bidang Asthma, COPD, Tuberculosis, Lung Cancer, Bronchoscopy and Interventional Technique, Pulmonary Circulation dan Critical Care Medicine yang ditutup dengan Opening Ceremony pada sore harinya. Presentasi Poster dilaksakan pada hari kedua dan diikuti oleh 8 kontingen dari Dept. P&IKR FKUA, sedangkan Presentasi Oral yang diselenggarakan pada hari yang sama diikuti oleh 1 orang wakil dari Dept P&IKR FKUA. Setelah mengikuti Presentasi Oral dan Poster, seluruh kontingen mengikuti berbagai symposium ilmiah yang diselenggarakan oleh panitia di hari kedua hingga keempat.

Beberapa penghargaan berhasil diraih oleh kontingen Dept P&IKR FKUA pada ajang tersebut. Penghargaan pertama yaitu Young Investigator Award berhasil diraih oleh dr. Adhitri Anggoro dengan judul The Correlation of Serum Fibrinogen Levels and The Degree of Pulmonary Fibrosis Among COVID-19 Patients Using Post-Mortem Core Biopsy. Selain itu ada 3 orang PPDS berhasil meraih penghargaan Assembly Education Award yaitu dr. Susi Subay, dr. Kudiarto dan dr. Nisya Hapsari. Selain berbagai penghargaan yang berhasil diraih, kontingen Dept. P&IKR FKUA telah mendapatkan persetujuan kerjasama dengan salah satu staf ahli Gawat Napas dari Seoul National University College of Medicine yaitu Associate Professor Young Jae Cho. Langkah ini diharapkan dapat memperluas jejaring pendidikan untuk Unair, khususnya Dept P&IKR FKUA ke kancah internasional.

Kekurangan Dokter Spesialis, RSUD A.M. Parikesit Kutai Kartanegara Kunjungi FK UNAIRKekurangan Dokter Spesialis, RSUD A.M. Parikesit Kutai Kartanegara Kunjungi FK UNAIR

Fakultas Kedokteran Unversitas Airlangga (FK UNAIR) mendapat kunjungan dari Rumah Sakit Parikesit Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa, 06 Desember 2022. Kunjungan dalam rangka diskusi mengenai program potensial untuk perjanjian kerjasama (MoU) antara kedua belah pihak dalam upaya pemenuhan dokter spesialis di daerah.

Direktur RSUD. Parikesit, Ismi Mufiddah, SKM, MPH menyampaikan, RSUD Parikesit merupakan rumah sakit milik daerah Kalimantan Timur. Namun seperti rumah sakit daerah pada umumnya, RSUD Parikesit memiliki tantangan kekurangan SDM dari dokter spesialis. Padahal rumah sakit tipe C ini menjadi rujukan rumah sakit lain di daerahnya.

Terbatasnya dokter spesialis ini misalnya, RSUD Parikesit sendiri saat ini hanya memiliki satu spesialis anestesi. Padahal dokter anestesi harus selalu ada disetiap operasi. Pun dengan dokter spesialis jantung yang saat ini belum ada. Padahal kasus kematian karena jantung sangat tinggi jumlahnya.

“Berbagai upaya untuk mencukupi kebutuhan dokter spesialis juga sudah kami lakukan. Misalnya dengan mendatangkan dokter tamu atau menyekolahkan putra-putri daerah untuk mengabdi di daerah. Namun rupanya upaya tersebut tetap menghadapi kendala. Misalkan dokter tamu yang hanya bisa mengabdi beberapa tahun saja, atau dokter dari daerah yang enggan kembali ke daerah setelah tamat spesialis.
Apakah memungkinkan jika ada kerjasama stase PPDS di FK UNAIR ini ke RS Parikesit?” tanyanya dalam forum ujarnya di Sidang C.

Wakil Dekan 3 FK UNAIR, Dr. Sulistiawati, dr., M.Kes menyampaikan, upaya paling efektif untuk menutup kekurangan doter spesialis adalah dengan menyekolahkan dokter-dokter di daerah. Tinggal PR nya adalah menyiasati agar yang sudah lulus mau kembali.

Karenanya, MoU mengenai tri dharma perguruan tinggi menjadi salah satu pilihan terbaik. MoU akan mempermudah mitra untuk menjalin hubungan baik dengan FK UNAIR.

“Kami akan memprioritaskan calon PPDS dari institusi yang sudah melakukan MoU dengan kami tapi tetap dengan mempertimbangkan standar kelayakan,” tambah Dokter Sulis.

Memanfaatkan program Pendaya Gunaan Dokter Spesialis (PGDS) dari pemerintah juga menjadi alternatif yang bisa dimanfaatkan rumah sakit di daerah.

Selama ini putaran stase di rumah sakit luar juga dilakukan di FK UNAIR. Biasanya PPDS mendapatkan waktu satu bulan di rumah sakit yang sudah menjalin kerjasama. Namun itu kembali kepada program studi masing-masing serta kompetensi yang dibutuhkan di daerah.

“Kalau untuk stase ke Kalimantan sepertinya tidak mudah. Karena kami juga mempertimbangkan ada tidak kasusnya dan sesuai dengan usaha kita mengirim atau tidak. Karena kembali lagi dokter-dokter PPDS ini masih belajar dan memerlukan paparan kasus yang banyak,” jelas Dokter Sulis.

Penulis : Ismaul Choiriyah

Prodi Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Jalani Visitasi Akreditasi LAMPT-KesProdi Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Jalani Visitasi Akreditasi LAMPT-Kes

Program Studi Spesialis Ilmu Kesehatan Anak (Sp1 IKA) menjalani visitasi akreditasi dari LAMPT-Kes, Senin, 19 Desember 2022. Visitasi ini untuk memperbaharui akreditasi S2 IKA yang sudah habis di bulan November lalu.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Departemen S2 IKA, Dr. Muhammad Faizi, dr., Sp.A(K), “28 November lalu sudah berakhir (akreditasi) yang lama. Karenanya kita perbaharui lagi,” ujarnya di Aula.

Dokter Faizi menuturkan, akreditasi diperlukan untuk membuktikan peningkatan kualitas suatu prodi. Diharapkan prodi dapat mempertahankan akreditasi A seperti tahun-tahun sebelumnya.

Akreditasi Prodi Spesialis IKA ini akan berjalan selama dua hari hingga besok. Dekan FK UNAIR, Prof.Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subs. F.E.R. berharap akreditasi berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil terbaik.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Mahasiswa dan Alumni UNAIR, Prof. Dr. Bambang Septiari Lukiswanto, DEA, DVM . Peningkatan kualitas Pendidikan melalui akreditasi ini, lanjutnya, diharapkan bisa sejalan dengan penambahan kuota penerimaan mahasiswa PPDS baru. Jika daya tampung peserta PPDS diperbanyak, ia yakin masalah kekurangan dokter spesialis bisa terpecahkan.

“Kontribusi peningkatan kualitas pendidikan kesehatan menjadi komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis yang saat ini jadi masalah krusial yang perlu dipecahkan bersama,” tambahnya.

Akreditasi Sp1 IKA dinilai oleh dua orang assessor. Antara lain Prof. Dr. Aryono Hendarto, dr., Sp. A(K) dari Universitas Indonesia (UI) dan Dr.Supriatmo, dr., M.Ked(Ped), Sp.A (K) dari Universitas Sumatra Utara (USU), Medan. (ISM)

Dekan Harapkan Lulusan Spesialis FK UNAIR Mau Mengabdi ke DaerahDekan Harapkan Lulusan Spesialis FK UNAIR Mau Mengabdi ke Daerah

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga melantik 82 dokter spesialis dan subspesialis baru, Selasa, 27 Desember 2022. Pelantikan dokter spesialis subspesialis angkatan 143 ini menjadi pelantikan terakhir di tahun 2022.

Dalam sambutannya, Dekan FK UNAIR, Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG. Subs. F.E.R menitipkan harapan agar spesialis ini mau mengabdi ke daerah. Sehingga membantu permasalahan kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini jumlah dan distribusi dokter spesialis yang tidak merata.

“Tenaga adik-adik akan sangat bermanfaat di daerah. Di mana masih banyak rumah sakit yang membutuhkan tenaga spesialis, jangan berkumpul di Jawa,” pintanya.

Diketahui, beberapa bulan terakhir Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin belakangan tengah mengenjot penambahan jumlah dokter spesialis di Indonesia. (ISM)

Sumenep-Bawean Krisis Dokter Spesialis, FK UNAIR Inisiasi Program AfirmasiSumenep-Bawean Krisis Dokter Spesialis, FK UNAIR Inisiasi Program Afirmasi

Permasalahan maldistribusi dokter spesialis juga terjadi di Jawa Timur. Meskipun di Surabaya jumlah dokter spesialis memadai, hal ini tidak terjadi di daerah lain apalagi di kepulauan. Karenanya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menginisiasi program afirmasi PPDS dari daerah. Hal ini sudah melalui rapat dan kerja sama antara Pemkab, Dinkes Jatim, dan FK UNAIR.

“Sebelumnya kami aktif setiap tahun mengirimkan residen PPDS ke rumah sakit di daerah seperti di Bawean dan Kepualauan.Mereka biasanya bertugas di daerah terpencil selama satu bulan. Tapi yang menjadi pertanyaan akan sampai kapan akan seperti ini,” ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subs.F.E.R, Senin, 23 Januari 2023.

Karenanya, kepada dinas kesehatan terkait, dekan mengusulkan dibuatnya suatu program yang melahirkan dokter spesialis organik yang lahir dari daerah tersebut. Yang ke depan mau menetap. Sehingga rumah sakit daerah tidak perlu lagi menunggu kiriman dokter spesialis dari Surabaya.
“Minimal jangan satu bulan lah, tapi sekian tahun baru akan berganti. Nanti mereka (dokter spesialis) akan dikirim oleh pemkab, dikirim oleh Dinkes Kabupaten Sumenep, dan Kabupaten Gresik,” ujarnya.

Dalam waktu dekat hal itu akan diwujudkan melalui pendaftaran dokter spesialis yang nantinya akan diterjunkan ke kepulauan.Nama program itu adalah program afirmasi untuk dokter spesialis di kepulauan di Jatim maupun RS di kabupaten lain yang krisis dokter spesialis. Mereka akan dibiayai dan harus mengabdi di kepulauan. Minimal untuk spesialis 4 penyakit dasar, seperti bedah, obgyn, penyakit dalam, dan anestesi.

Saat ini program afirmasi baru berlaku untuk Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sumenep. Terutama di Sumenep yang memiliki banyak pulau-pulau kecil dan RS. Ke depan, kata dia, akan dikembangkan juga untuk daerah lain yang krisis dokter spesialis.

“Mereka (bila selesai nanti) sudah menjadi pegawai dari Dinkes Kabupaten Gresik dan Dinkes Sumenep untuk dibiayai. Yang kami lakukan minimal 4 penyakit dasar, bedah, obgyn, penyakit dalam, dan anestesi. Mungkin kalau bisa 7 penyakit dasar bedah, obgyn, penyakit dalam, anestesi, anak, pediatri, dan radiologi,” katanya.

Tes program afirmasi untuk dokter spesialis tersebut akan mulai dibuka kembali antara April atau Mei 2023. Harapannya, kata dia, pada bulan Juli atau Agustus para pendaftar sudah mulai masuk.

“Minimal untuk 1 RS 1 dokter. Katakan di Bawean ada 2 kecamatan, kami lakukan 4 atau 7 penyakit dasar. Ya untuk Gresik butuh 7 calon spesialis. Katakan 5-6 tahun lagi yang sudah ada di sana sekian tahun pindah ke daratan. Kalau ada yang (mau) tetap di sana, ya, silakan,” katanya. (ISM)

Unggul Dalam Rekayasa Jaringan Sel Punca, FK UNAIR Buka Prodi Spesialis 2 Orthopaedi & TraumatologiUnggul Dalam Rekayasa Jaringan Sel Punca, FK UNAIR Buka Prodi Spesialis 2 Orthopaedi & Traumatologi

Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) unggul dalam pengembangan Jaringan Sel Punca (Stem Cell). Produk ini bahkan sudah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan dikembangkan secara masal. Menjadi satu-satunya Departemen Orthopaedi & Traumatologi di Indonesia yang menghasilkan produk medis.

Dengan reputasi yang baik ini, Departemen Orthopaedi & Traumatologi terus melakukan pengembangan. Salah satunya dengan membuka Program Studi Spesialis 2. Prodi ini akan menerima 10 peserta didik di tahun ini.

Koordinator Program Studi (KPS), Dr. Lukas Widhiyanto, dr., SpOT(K) menuturkan, selain pengembangan jaringan sel punca, Departemennya juga unggul dalam pengembangan biomaterial.

“Untuk kedua hal ini kami menjadi pionir di Indonesia dan satu-satunya hingga saat ini,” ujarnya ditemui seusai Assesmen Lapangan Akreditasi LAM- PT-Kes pertamanya, Kamis, 02 Februari 2023..

Lukas menjelaskan, Prodi Spesialis 2 merupakan pendalaman dari Prodi Spesialis 1. Mencakup 5 peminatan antara lain Lower extremity & Joint reconstruction, Upper Extremity & Microsurgery, Oncology Muskologenetal, Spine dan Pediatric orthopaedi.

“Sebenarnya ini bukan program baru. Tapi karena perubahan revolusi peraturan perundangan. Dari yang sebelumnya pendidikan dasarnya kolegium base jadi university base. Subspesialis merupakan pendalaman dari pendidikannya,” paparnya.

Lucas optimis, adanya prodi baru ini bisa semakin mengangkat unggulan bidang studi FK UNAIR. Khususnya di bidang ilmu Orthopaedi & Traumatology. Karena dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, semakin dirasakan kebutuhan pelayanan dalam bidang ini. Apalagi masalah kesehatan muskolokeletal semakin kompleks dan membutuhkan penanganan dari ahlinya.

Dari Prodi Spesialis 1 Orthopaedi & Traumatologi memiliki hubungan yang sangat baik dengan mitra luar negeri. Seperti diantaranya dari Malaysia, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Bahkan ujian nasional juga dengan penguji-penguji dari kampus luar negeri. Ini akan Dilanjutkan di program subspesialis.

“Sejak mulai spesialis 1 kita sudah benchmarking dengan luar negeri. Sehingga berdasarkan itu standar kita tidak kalah dengan luar negeri. Paling tidak dengan negara di wilayah Asia Pasifik,” tukasnya.

Penulis : Ismaul Choiriyah

FK UNAIR – RSTKA Beri Usulan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis di KepulauanFK UNAIR – RSTKA Beri Usulan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis di Kepulauan

Lima tahun sudah Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) berlayar untuk menyehatkan masyarakat kepulauan.

Ribuan kasus ditangani mulai yang ringan hingga yang berat. Sehingga masyarakat kepulauan bisa mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.

Namun kehadiran RSTKA tidak akan selamanya. Diharapkan pemerintah daerah bisa melakukan langkah agar layanan kesehatan bisa hadir di daerah kepulauan.

Di perayaan ulang tahun kelima RSTKA, banyak pihak yang urun rembug. Salah satunya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR). Sebagai lembaga yang mencetak lulusan dokter dan dokter spesialis, FK UNAIR merasa perlu untuk ikut memberikan sumbangsih dan saran demi keberlangsungan RSTKA yang merupakan wujud kepedulian para alumni UNAIR.

“Sampai kapan RSTKA untuk hadir ke daerah-daerah kepulauan? Solusi masalah kesehatan tidak hanya dari kami berlayar ke sana tapi harus ada solusi lain,” kata Dekan FK UNAIR, Prof Dr Budi Santoso,dr, SpOG, Subsp. F.E.R di sela syukuran 5 tahun RSTKA, Sabtu, 11 Februari 2023.

Solusi yang ditawarkan FK UNAIR adalah pemda setempat agar mulai menyediakan dokter spesialis yang banyak dibutuhkan masyarakat. Untuk bisa menyediakan itu, pemda harus memberikan beasiswa bagi para dokter umum agar bisa menempuh program pendidikan dokter spesialis (PPDS).

Sehingga ketika dokter itu lulus PPDS mereka bisa mengabdi di daerah kepulauan selama beberapa tahun. Begitu seterusnya hingga para dokter saling bergantian.

“Bagi kami, tidak fair rasanya kalau meminta lulusan PPDS yang ada saat ini untuk tugas di daerah terpencil karena mereka menempuh PPDS dengan biaya sendiri. Padahal kuliah PPDS juga tidak murah. Intinya pemerintah harus hadir untuk bisa mengatasi masalah ini,” jelas Prof Bus, panggilan akran Prof Budi Santoso.

Karena ketika pertama kali RSTKA ini mulai mengarungi lautan, tujuan utama adalah bukan hanya bisa memberikan layanan kesehatab tapi juga bisa mendirikan layanan kesehatan di kepulauan dengan bantuan pemda setempat.

Karena RSTKA itu kehadirannya ada batasnya. Kehadiran donatur sangat menentukan kelangsungannya. “Jadi pemda memang harus berupaya sendiri. Karena sampai kapan pelayanan kesehatan dengan kunjungan ini akan berjalan,” tandas Prof Bus.

Beruntung, ada pemda yang menyambut baik program dari FK UNAIR ini. Pemkab Gresik dan Sumenep siap untuk melakukan MoU dengan FK UNAIR sebelum akhir Februari 2023. Nantinya dengan kerjasama ini, kedua pemda bisa mengirimkan dokter umum untuk menempuh PPDS di FK UNAIR.

“Mereka di sekolahkan, ditanggung biaya hidup selama sekolah setelah lulus mereka mengabdi. Begitu seterusnya hingga di daerah itu layanan kesehatan bisa dipenuhi dengan kehadiran dokter spesialis,” jelasnya.

Menerima mahasiswa putra daerah agar menempuh PPDS di FK UNAIR ditegaskan Prof Bus tidak akan mengurangi kuota PPDS. Apalagi di tahun ini FK Unair boleh menambah kuota PPDS hingga 300 orang dari sebelumnya yang 250 orang.

“Untuk yang reguler tidak akan dikurangi jatahnya. Kami justru menambah mahasiswa dari putra daerah itu. Kami sudah mempersiapkan sarana prasarana dan dosennya,” tandas Prof Bus.

Sementara itu Direktur RSTKA, dr Agus Harianto mengaku bersyukur RSTKA bisa berlayar hingga 5 tahun. “Kita sudah berlayar ke 86 pulau terpencil. Itu berkat buat orang- orang pulau,” kata dr Agus.

Memang yang menjadi masalah adalah kurangnya dokter spesialis di pulau-pulau itu. Masalah itu memang tidak juga selesai hingga saat ini. Sebenarnya kata dr Agus program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS) sangat bagus untuk memeratakan dokter spesialis hingga ke pelosok. Sayangnya program itu harus dihentikan karena ada protes dari beberapa kalangan yang menolaknya.

“Alasannya mereka sekolah spesialis itu bayar sendiri, tidak dapat beasiswa. Jadi mengapa mereka harus ke daerah terpencil? Begitu alasannya. Namun menurut saya setiap kebebasan itu ada tanggung jawab di dalamnya. Kebebasan dan tanggungjawab moral bagaikan dua sisi mata uang,” jelasnya.

Karena PGDS harus dibatalkan, dr Agus sangat mendukung jika PPDS dibantu pemda dengan program beasiswa.

“Agar setelah lulus bisa ditempatkan di daerah yang membutuhkan,” tambahnya.

Bupati Sumenep, Ra Achmad Fauzi, SH, MH menuturkan, untuk langkah awal, Sumenep akan mengirimkan 4 putra daerahnya untuk sekolah PPDS di FK UNAIR. Mereka akan disekolahkan di Prodi Orthophaedi dan Traumatologi dan Anestesi.

“Setiap tahun bertahap. Nanti saat lulus mereka wajib untuk mengabdi di daerah,” tambahnya.

Ditemui di tempat yang sama, Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT), Ir. Eko Sri Haryanto, MM mengaku, di tahun 2023 ini Kementerian PPDT sudah merumuskan beberapa program dengan beberapa kementerian terutama kementerian kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan di 62 daerah terpencil di Indonesia. Utamanya terkait penguatan puskesmas, pemenuhan tenaga kesehatan di lapangan dan penekanan Angka Kematian Ibu (AKI).

“2023 melonjak tajam upaya kita dalam menanggualngi permasalahan diatas. Tinggal 2024 ini kita lihat apakah target terpenuhi,” tambahnya.

Eko memambahkan, mengatasi permasalahan kesehatan di kepulauan diperlukan kolaborasi banyak lembaga. Tidak hanya Kementerian Kesehatan, namun juga sektor lain.

“Sinergi ini perlu dibangun bersama. Misalnya Kementerian PUPR dalam menyediakan sanitasi. Penikatan ekonomi juga perlu. Kalau masyarakat gak mampu ekonomi, kesehatan juga terganggu,” tukasnya. (ISM)

FK UNAIR – Asosiasi Dokter Spesialis Kulit Kamboja Jalin Kerjasama –FK UNAIR – Asosiasi Dokter Spesialis Kulit Kamboja Jalin Kerjasama –

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) terus memperluas jaringan baik di dalam hingga luar negeri. Yang terbaru, FK UNAIR menjalin kolaborasi dengan Asosiasi Dokter Spesialis Kulit Kamboja (Cambodia Dermotological Society). Penandatangan Kerjasama (MoA) dilakukan pada 8 Maret 2023.
Lima institusi terlibat dalam penandatangan Kerjasama ini. Antara lain FK UNAIR, RSUD Dr. Soetomo dan RS. UNAIR. Serta – Asosiasi Dokter Spesialis Kulit Kamboja dan Khmer Soviet Friendship Hospital.

Proses Penandatanganan Kerjasama (MoA) (dari kiri ke kanan : Wakil Direktur Perencanaan dan Keuangan RSUD Dr. Soetomo Primada Kusumaninggar, drg., M.Kes. ; Direktur RS Unair Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD (K-PTI), FINASIM-ICAHS ; President of Cambodian Dermatological Society & Deputy Director of KSFH  Dr. Chan Vicheth ; Wakil Dekan I FK UNAIR Dr. Ahmad Chusnu Romdhoni, dr., Sp.T.H.T.B.K.L., Supsp. Onk(K)., FICS)

Wakil Dekan 1 FK UNAIR, Dr. Ahmad Chusnu Romdhoni, dr., Sp.T.H.T.B.K.L., Supsp. Onk(K)., FICS berharap, melalui perjanjian kerjasama ini, Tri Dharma Perguruan Tinggi di kelima institusi bisa meningkat.

“Tentunya yang kami harapkan adalah peningkatan dalam hal penelitian, pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Mari Bersama-sama untuk mewujudkan hal tersebut,” terangnya di Aula FK UNAIR.

Dr. Chan Vicheth, Sebagai Presiden Asosiasi Dokter Spesialis Kulit Kamboja berharap, kerjasama ini mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dari lima institusi yang terlibat. “Khususnya dalam bidang Kesehatan Kulit dan kelamin,” terang Perwakilan dari Departemen Kulit Khmer Soviet Friendship Hospital ini. (ISM)

Pemerataan Spesialis Ke Daerah, Dekan Berharap Keselamatan Nakes Lebih Diperhatikan –Pemerataan Spesialis Ke Daerah, Dekan Berharap Keselamatan Nakes Lebih Diperhatikan –

Pemerataan dokter spesialis bukan hanya menyoal bagaimana dokter mau mengabdi. Lebih dari itu, bagaimana negara yang mendorong distribusi ini hadir secara nyata. Terutama dalam menjamin keselamatan para tenaga kesehatan saat mengabdi di daerah apalagi untuk daerah yang rawan.

“Mereka (tenaga kesehatan) tidak akan tenang melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kalau jiwanya terancam,” ujar Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.0G, Subsp. F.E.R.

Dekan berharap, insiden yang telah merenggut nyawa Mawartih Susanti, dr., Sp.P di Nabire, Papua tidak terulang lagi. Harapannya, Pemerintah Kota (Pemkot), Pemerintah Provinsi (Pemprov), TNI dan kepolisian berkoordinasi untuk menjamin keselamatan para nakes yang bertugas ke daerah.

“Siapa akhirnya (nakes) yang mau ke daerah, sudah terpencil, akses pendidikan anak sangat minim, apalagi ketambahan keamananannya terancam, ya tidak akan berminat,” terangnya ditemui usai melantik 104 dokter spesialis baru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Selasa, 21 Maret 2023.

Selain keselamatan, dalam mensukseskan upaya distribusi dokter spesialis, dekan berharap pemerintah juga menaruh perhatian kepada kesejahteraan nakes. Termasuk diantaranya kejelasan status kepegawaian juga akses pendidikan anak sejawat dokter yang berdinas ke daerah. Paling tidak jika ketiga hal ini terjamin, bisa mendorong motivasi nakes untuk ke daerah.
Ini memerlukan andil tidak hanya dari sektor kesehatan dalam hal ini kementerian kesehatan. Tapi juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Fakultas kedokteran yang memproduksi dokter spesialis. Juga pemerintah provisini maupun kota untuk bersama-sama mengurai persoalan ini.

“Mari kita bersama-sama memikirkan bagaimana negara hadir untuk mensejahterakan dan menyehatkan masyarakat. Tentu semua intansi harus bekerjasama semuanya,” tambah dekan yang akrab disapa Prof Bus.

Pengabdian dokter ke daerah melalui sejarah yang Panjang. Di tahun 80 hingga 90 an, dokter begitu lulus langsung diangkat pegawai negeri dan ditetapkan di daerah terluar selama 3 tahun. Lama kelamaan negara tidak mampu menanggung biaya sehingga aturan ini diganti dengan dokter sukarela atau PTT.

Bagi Budi, wajib kerja beberapa tahun ke daerah bagi lulusan dokter merupakan program yang sangat bagus sehingga pelayanan kesehatan di daerah bisa terjamin. Tinggal yang menjadi tugas bersama adalah bagaimana ini dimunculkan kembali dan bagaimana pemerintah meregulasi sistem yang ada.

“Termasuk pembiayaan untuk menghadirkan mereka meskipun tidak diangkat sebagai pegawai negeri. Kemudian kesejahteraan mereka dan pendidikan anak nakes yang dibawa berdinas ke daerah dan lain-lain,” tambahnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sendiri terus mendorong lulusan spesialisnya mau mengabdi ke daerah. Sehingga membantu mengurai permasalahan distribusi dokter spesialis di Indonesia.

Dekan juga mengucapkan belasungkawa atas gugurnya Dokter Mawar. Dokter Mawartih merupakan alumnus Prodi Paru-paru FK UNAIR yang lulus pendidikan pada tahun 18 Januari 2018.

“Kita berduka atas berpulangnya Almarhum,’ tukas dekan. (ISM)