Tag: Kedokteran

Respon terhadap Kasus KLB Polio di Indonesia, Departemen IKFR FK Unair Memberikan Kuliah Singkat Mengenai Polio dalam Perspektif Rehabilitasi untuk Seluruh PPDS dan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Se-IndonesiaRespon terhadap Kasus KLB Polio di Indonesia, Departemen IKFR FK Unair Memberikan Kuliah Singkat Mengenai Polio dalam Perspektif Rehabilitasi untuk Seluruh PPDS dan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Se-Indonesia

Kasus polio sudah lama tidak kita jumpai di Indonesia. Sejak Maret 2014, Indonesia dinyatakan berhasil mengeradikasi polio. Beserta negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia telah menerima sertifikasi bebas polio dari WHO. Namun, pada bulan Oktober lalu, ditemukan kasus lumpuh layu akut dan berhasil diidentifikasi sebagai polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Dan pada bulan November 2022 ini, Indonesia resmi melaporkan kasus polio diikuti 15 negara yang sebelumnya telah melapor kasus polio di negaranya. Atas temuan kasus polio tersebut, maka Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (IKFR FK UNAIR) menyelenggarakan kuliah singkat pada Selasa, 22 November 2022. Kuliah yang dilaksanakan secara daring dengan zoom tersebut diikuti oleh hampir 450 peserta, yang terdiri dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitas serta PPDS di seluruh Indonesia.

Acara tersebut dibuka oleh dr. Boy Timor dan dimoderatori oleh Dr. dr. Ratna D. Hariyadi, Sp.K.F.R. Ped (K) selaku dosen senior Departemen IKFR FK Unair. Terdapat 2 materi utama yang disampaikan pada kuliah tersebut, keduanya disampaikan oleh dosen senior dari Departemen IKFR FK Unair. Pada kesempatan ini, Dr. dr. Meisy Andriana Sp.K.F.R., N.M. (K) selaku pemateri pertama memberikan kuliah mengenai surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis).  Dalam kuliahnya, dr. Meisy menyampaikan temuan surveilans cakupan imunisasi polio OPV (Oral Polio Vaccine) di Aceh yang cukup rendah, salah satu penyebabnya adalah karena kondisi pandemi sehingga cakupannya tidak mencapai target Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Survei Kemenkes juga memaparkan data di 30 RT di Aceh, 30 anak dari 25 rumah tangga tidak mendapatkan vaksinasi IPV (Inactive Polio Vaccine). Dan temuan kasus polio tersebut didapatkan dari pasien yang belum menerima vaksinansi apapun sehingga Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) nya tidak terpenuhi. 

“Sebagai seorang surveilans, kita harus aktif mencari pasien kurang dari 15 tahun pada kelompok suspek polio, dengan gejala kelumpuhan layu akut kurang dari 2 minggu yang bukan disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Meskipun bukan polio, kita harus mengamati dan kemudian membuktikan dengan pemeriksaan tinja sampai tegak bukan polio.” jelas dr. Meisy kepada seluruh peserta. Dalam kesempatan ini, dr. Meisy juga menyampaikan kategori virus polio, penegakan diagnosisnya serta strategi pencegahan dan pemberantasan kasus polio. Sebagai konsekuensi atas sertifikasi bebas polio di Indonesia, pelaksanakan surveilans AFP (SAFP) harus dilakukan secara konsisten, dimana target penemuan kasus AFP harusnya >2/100.000. Dengan dilaksanakannya SAFP, maka diharapkan mampu mengidentifikasi daerah resiko tinggi, memantau kemajuan program eradikasi polio, dan mempertahankan Indonesia bebas polio.

Dokter Meisy menyampaikan materi Surveilans APF. (Foto oleh Juwita R Salsabil)

Selanjutnya pada materi kedua, Dr. dr. S.M. Mei Wulan Sp.K.F.R. Ped (K) menyampaikan materi dengan tema rehabilitasi poliomyelitis. Sebagai permulaan materi, dr. Mei menyampaikan mengenai virus polio, transmisinya, termasuk bagaimana poliovirus ini dapat kembali ke daerah yang sudah dinyatakan bebas polio tersebut. Dalam presentasinya, dr. Mei menyampaikan jika polio adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah. Sebagai dokter yang berkecimpung di bidang rehabilitasi medik, diharapkan dokter Sp. KFR dapat merencanakan program rehabilitasi untuk pasien polio seperti latihan Range of Motion (ROM) dan positioning untuk mencegah kontraktur, di antaranya adalah latihan ROM untuk ekstensi sendi panggul dan lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, ekstensi pergelangan tangan, abduksi dan oposisi dari ibu jari. Selain itu, latihan kekuatan otot dan pemberian assistive devices dapat direncanakan untuk menopang otot tubuh yang lemah. Pasien polio dibantu untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari  dengan orthosis yang sesuai dengan patologi dan gangguan fungsi yang dialami oleh pasien.

Dokter Mei menyampaikan materi Rehabilitasi Polio. (Foto oleh Juwita R Salsabil)

Rehabilitasi pada kasus polio sangat berperan penting dan bisa dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan perjalanan polio yang diderita oleh pasien. Berdasarkan WHO, di fase akut (6 bulan pertama) pasien akan mengeluh nyeri otot sehingga tujuan rehabilitasi pada fase ini adalah mengurangi nyeri. Fase kedua yaitu fase konvalesens (6 bulan-3 tahun), secara bertahap program rehabilitasi ditujukan untuk proses perbaikan dan penyembuhan dengan pemberian latihan aktivitas fisik untuk mencegah kontraktur dan pemberian orthosis. Dan pada fase terakhir yaitu fase kronis, proses penyembuhan sudah berhenti sehingga dapat dilakukan evaluasi MMT (kekuatan otot) dan bila diperlukan dapat direncanakan operasi untuk  mengoreksi deformitas.

Setelah penyampaian kedua materi, dr. Fatchurrahman Sp. K.F.R. M.S. (K) selaku dosen senior di Departemen IKFR FK Unair yang berpengalaman menemui dan memeriksa pasien polio, menyampaikan jika kasus polio yang terpenting adalah pencegahannya. Sebagai penyakit infeksi, cara pencegahan selain imunisasi yang sangat penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). “Dahulu,untuk mempermudah menangani pasien polio, kita selalu mengingat triple of two untuk fase-fase di kasus polio. Dua minggu pertama untuk fase akut, maka titik beratnya untuk pasien adalah melakukan bedrest total, tujuannya menjaga motor neuron agar tidak sampai rusak dan mencegah progresivitas atau perburukan gejala. Dua minggu pertama ini sangat menentukan prognosis dan outcome penyakit, tidak diperbolehkan dilakukan intervensi atau latihan yang berat. Kemudian dua selanjutnya adalah dua bulan yang merupakan fase kedua, intervensi yang dilakukan adalah melakukan latihan otot dibantu dengan pemberian orthosis untuk menunjang otot, bisa AFO (Ankle Foot Orthosis), KAFO (Knee Ankle Foot Orthosis), HKAFO (High Knee Ankle Foot Orthosis). Kemudian dua terakhir adalah 2 tahun, yaitu fase menetap setelah 2 tahun, dengan melakukan asessmen ulang nilai kekuatan otot dan terus dilakukan latihan.” jelas dr. Fatchur.

Dokter Fatchur menyampaikan pengalaman dalam menangani pasien polio pada sesi diskusi. (Foto oleh Juwita R. Salsabil)

Di akhir kuliah, peserta diberi kesempatan berdiskusi dengan pemateri yang dimoderatori oleh dr. Ratna. Kuliah yang berjalan 2 jam tersebut, membawa pada kesimpulan bahwa dokter Sp. KFR harus siap menghadapi kasus polio, kaitannya dengan program rehabilitasi jika menemukan kasus polio, disesuaikan dengan fase-fasenya. Penanganan kasus polio ini dimulai dari menemukan serta melaporkan kasus AFP, menegakkan diagnosis polio, sampai pada pemberian latihan dan orthosis harus dapat dikuasai oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi di Indonesia.

Penulis:  Juwita R. Salsabil (PPDS Sp. 1 IKFR FK-Unair)

Dosen dan PPDS Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNAIR Periksa Sindroma Lokomotif Gratis Lansia di NgawiDosen dan PPDS Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNAIR Periksa Sindroma Lokomotif Gratis Lansia di Ngawi

Dosen Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNAIR di melakukan bakti sosial di Ngawi, 2 Oktober 2022. Bakti sosial yang dilakukan berupa pemeriksaan Sindroma Lokomotif gratis yang dilanjutkan dengan senam sindroma Lokomotif bersama. Pengabdian masyarakat ini dilakukan juga dalam rangka merayakan dies natalis ke-68 Universitas Airlangga dan dies natalis ke-109 Pendidikan Kedokteran di Surabaya

Sindroma Lokomotif adalah suatu keadaan dimana fungsi gerak menurun karena gangguan pada sistem muskuloskeletal. Organ lokomotor manusia antara lain otot, saraf, dan tulang. Pemeriksaan yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah kita berisiko menderita sindrom lokomotif yaitu dengan locomo check,antara lain:

  1. tidak mampu mengenakan kaos kaki saat anda sedang berdiri dengan satu kaki
  2. mudah tersandung atau terpeleset di rumah
  3. perlu berpegangan pada pegangan tangga saat menaiki tangga
  4. mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang membutuhkan kekuatan fisik 
  5. mengalami kesulitan saat harus berjalan di rumah sambil membawa tas belanja seberat sekitar 2 kg 
  6. kesulitan berjalan selama 15 menit tanpa berhenti 
  7. tidak mampu mencapai seberang jalan sebelum lampu lalu lintas berganti warna saat menyeberang di tempat penyeberangan

Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah sindrom lokomotif antara lain dengan meningkatkan kebiasaan olahraga, asupan nutrisi yang cukup, serta melakukan pengobatan penyakit yang mendasari. Peningkatan kebiasaan olahraga yang dapat dilakukan antara lain dengan senam lokomo. Latihan lokomo dapat dilakukan dengan:

  1. berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka dilakukan 3 kali sehari, 1 menit untuk setiap kaki
  2. latihan berjongkok diulang 5 sampai 6 kali (3 kali per hari)
  3. latihan angkat tumit atau jinjit dilakukan 10-20 kali (dikali 2 sampai 3 set)
  4. latihan melangkah ke depan 5-10 kali (dikali 2 sampai 3 set) 

Selain itu disertai juga dengan latihan ringan dan peregangan. (Sch)

Link https://www.youtube.com/watch?v=NcDaLcuUjwA

Deklarasi Komunitas Asma Sehat, Puncak Bakti Sosial Dosen dan PPDS Pulminologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK UnairDeklarasi Komunitas Asma Sehat, Puncak Bakti Sosial Dosen dan PPDS Pulminologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK Unair

Dosen dan PPDS Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK Unair melakukan bakti sosial bertajuk “Surabaya Sehat, Segar, dan Bugar” selama dua hari di Kampus C Unair (18 September 2022) dan Taman Bungkul Surabaya (16 Oktober 2022). Bakti sosial ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat, juga dalam rangka merayakan dies natalis ke-68 Universitas Airlangga dan dies natalis ke-109 Pendidikan Kedokteran di Surabaya.

Banyak kegiatan yang dilakukan selama bakti sosial hari pertama di Kampus C UNAIR diantaranya pemeriksaan dan skrining PUMA Score gratis pada masyarakat umum dan pemeriksaan spirometri gratis.

Hari kedua baksos diawali dengan gowes bersama dari Kampus A Unair menuju Taman Bungkul. Pemberangkatan gowes dilakukan oleh Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Budi Santoso, dr.,Sp.OG(K). Baksos di Taman Bungkul Surabaya dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Dekan FK UNAIR. Masyarakat yang ada di Taman Bungkul saat itu dapat menikmati talkshow kesehatan paru, senam asma bersama, dan pemeriksaan kesehatan paru gratis yang dilakukan oleh para dosen dan PPDS. Puncak dari baksos hari kedua adalah dilakukannya Deklarasi Komunitas Asma Sehat dengan motto “napas lega, aktivitas terjaga”. (sch)

Link: https://www.youtube.com/watch?v=6cHmdtUFGQg

MEDSPIN 2022 Resmi Ditutup – Fakultas Kedokteran Universitas AirlanggaMEDSPIN 2022 Resmi Ditutup – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga





MEDSPIN 2022 Resmi Ditutup – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga























Lomba Sains dan kedokteran terbesar di Indonesia MEDSPIN 2022 sudah sampai di puncaknya. Minggu, 4 Desember 2022, para pemenang mulai dari kategori olimpiade, poster ilmiah hingga video menerima piagam dari Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr. Ahmad Chusnu Romdhoni, dr., Sp.THT-KL(K), FICS.

Tema MEDSPIN tahun 2022 adalah Be a medical Hero. Diharapkan lewat kompetisi ini lahir pahlawan-pahlawan dunia medis masa depan yang memiliki semangat untuk kesehatan Indonesia yang lebih baik.

Ini merupakan tahun ke 12 penyelenggaraan MEDSPIN. Setelah dua tahun digelar online selama pandemi, tahun ini acara diselenggarakan secara offline.

“Alhamdulillah feelnya kalau offline lebih meriah. Dan tahun ini, diketuai oleh Dik Naomi ini berjalan dengan lancar,” terang Dokter Romdhoni.

Tahun ini, pemenang utama MEDSPIN 2022 diraih oleh Tim dari MAN 2 Kota Kediri. Tim yang digawangi oleh Chandra Nur Iman, Alisa Salsabila dan Muhammad Iyak Ulhaq. Mereka berhasil mengalahkan 900 tim lain dari seluruh Indonesia.

“Juara satu akan mendapatkan privilege, yakni pertimbangan khusus menjadi salah satu kandidat mahasiswa FK UNAIR,” terangnya.

Sertifikat juara MEDSPIN ini, lanjutnya, tentu akan menjadi salah satu poin pendukung untuk mendaftar di UNAIR, terlepas dari nilai rapor. Namun lebih dari itu, kegiatan semacam ini melatih para siswa untuk belajar berkompetisi sehat.

Naomi Nathania, Ketua MEDSPIN 2022 menambahkan, MEDSPIN 2022 diikuti oleh 3 ribu lebih peserta. 2700 peserta sendiri mengikuti olimpiade. Serta sisanya mengikuti lomba poster ilmiah dan video.

Rangkaian acara MEDSPIN sudah dimulai sejak 20 November tahun lalu. Dimulai dengan babak penyisihan yang dilakukan di 12 kota di Indonesia.

“Kami menyebar ke berbagai daerah. Di Jawa dan terjauh di Jambi dan Bontang sehingga bisa mencakup banyak siswa,” ujarnya.

Babak penyisihan menjaring 150 tim yang maju ke babak perempat final. Mereka bersaing di FK UNAIR, Sabtu, 3 November 2022 untuk melanjutkan ke tahap final sebanyak 20 peserta. Dilanjutkan dengan grand final 5 peserta.

“Semoga ini menjadi pemacu semangat adik-adik untuk terus berprestasi dan tentunya menyiapkan diri sebaik mungkin untuk bisa masuk ke FK UNAIR nantinya,” tukasnya.

Dosen dan Mahasiswa UNAIR Adakan Lomba Poster di Sumenep, Lengkapi Edukasi Cegah Pernikahan Dini – Fakultas Kedokteran Universitas AirlanggaDosen dan Mahasiswa UNAIR Adakan Lomba Poster di Sumenep, Lengkapi Edukasi Cegah Pernikahan Dini – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Lomba poster mewarnai kegiatan edukasi pencegahan pernikahan dini yang dilakukan Universitas Airlangga di SMAS Plus Miftahul Ulum Sumenep. Hari ini (5/12), 12 poster karya para siswa telah dinilai dan ditentukan juara. Juara 1 atas nama Wardatus Syarofatul Jamiliyah, juara 2 atas nama Nandita Apriliana dan Juara 3 atas nama Fera Elis.

Lomba poster ini merupakan puncak kegiatan pengabdian masyarakat yang diawali kehadiran tim dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga pada tanggal 19 November 2022 lalu. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian edukasi tentang kesehatan reproduksi dan psikologi remaja oleh Dr Eighty Mardiyan K, dr, SpOG (K), staf Departemen  Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Dr. Nur Ainy Fardana N, M.Si, Psikolog dari Fakultas Psikologi. Siswa juga memperoleh buku terkait pernikahan dini, tinjauan aspek kesehatan reproduksi dan psikologi yang sudah ber-ISBN yang merupakan karya dua pemateri bersama mahasiswa yang terlibat. Mahasiswa yang terlibat yaitu mahasiswa S1 kedokteran atas nama Cahyani Tiara Safitri, Agde Muzaky Kurniawan. Mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat yaitu Nur Anisah Rahmawati dan Vina Firmanty Mustofa. 

Selain materi edukasi terkait risiko pernikahan dini, kegiatan pengabdian masyarakat juga diisi dengan workshop Basic Communication Skill yang disampaikan oleh Rosda Rosdiyana, S.Keb., Bd dan pembuatan poster digital yang disampaikan oleh Rohiim Aiful, S.Kom. Siswa diberikan penugasan dan mengikuti lomba poster. Dr Eighty, selaku ketua tim pengmas berharap siswa  dapat memiliki kemampuan untuk membagikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya serta dapat menyusun media promosi kesehatan sesuai dengan kemajuan teknologi.

“Poster merupakan salah satu media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan. Poster dapat menjadi media kesehatan yang paling efektif, paling ekonomis dan paling rasional. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, semoga siswa dapat menyebarkan pengetahuannya tentang risiko pernikahan dini,” ungkap dr Eighty

Pernikahan Dini Tinggi

Menurut dr Eighty, pernikahan dini masih menjadi salah satu  masalah kesehatan reproduksi. Ini menjadi salah satu prioritas selain  di luar nikah, aborsi ilegal, ancaman infeksi menular seksual (IMS), kekerasan seksual, masalah psikologis seperti postpartum blues dan lain sebagainya. “Kasus kesehatan reproduksi lainnya dapat menjadi sebuah konsekuensi dari adanya pernikahan dini,” tegasnya

Berdasarkan data, jumlah remaja di Jawa Timur tahun 2020 menduduki peringkat kedua se-Indonesia, yaitu dengan jumlah 5.976.856 jiwa. Meskipun demikian, kenyataannya kasus permasalahan remaja di Jawa Timur juga banyak, seperti masih maraknya pernikahan usia dini terutama di kota kecil atau daerah kabupaten yang cenderung pedesaan. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Jawa Timur (DP3AK Jatim) mencatat adanya peningkatan perkawinan anak di bawah umur selama tahun 2019 – 2020. Berdasarkan data dari Seksi Kantor Urusan Agama dan Keluarga Sakinah Kanwil Kemenag Jatim, ada 12.460 anak di bawah umur di Jatim yang menikah di sepanjang 2020. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah anak laki-laki yang menikah di bawah umur sebanyak 3.078 orang dan jumlah perempuan jauh lebih banyak yaitu sebesar 9.302 orang.

Sumenep dipilih karena merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah perkawinan di bawah umur yang cukup tinggi. Data dispensasi untuk perkawinan anak di bawah umur dari pemerintah kabupaten Sumenep pada tahun 2020 mencapai 2.029 kasus, bahkan di empat bulan pertama di tahun 2021 dispensasi kawin juga telah tercatat sebesar 533 kasus.

Penulis : Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K), Dr. Nur Ainy Fardana N, M.Si, Psikolog dan tim pengabdian masyarakat yaitu Cahyani Tiara Safitri, Agde Muzaky Kurniawan, Rosda Rodhiyana, Mahasiswa Nur Anisah Rahmawati, Vina Firmanty Mustofa. 

No hp  : 0811-3534-449

Jelang Ujian, Blok Elektif Kedokteran Olahraga Gelar Pertandingan Basket antara Dosen dan MahasiswaJelang Ujian, Blok Elektif Kedokteran Olahraga Gelar Pertandingan Basket antara Dosen dan Mahasiswa

Pada hari Rabu, 30 November 2022 kemarin Modul Kedokteran Olahraga pada Blok Elektif Prodi S1 Kedokteran FK Unair Semester 7 mengadakan pertandingan basket yang bertempat di GOR CLS Surabaya di Kertajaya Indah. Pertandingan bertujuan untuk untuk meningkatkan keakraban antara dosen dengan mahasiswa, serta mempromosikan gaya hidup sehat yaitu aktif berolahraga kepada seluruh peserta pertandingan. Menurut Misbakhul Munir, dr., M.Kes selaku Kordinator Modul Kedokteran Olahraga, Latihan fisik (exercise) merupakan bagian dari gaya hidup sehat yang sudah jelas manfaatnya. Setiap individu diharapkan dapat melakukan olahraga (latihan fisik) intensitas sedang paling tidak 150 menit per minggu. Itulah dosis latihan yang direkomendasikan agar tetap sehat.

Pertandingan yang diinisiasi oleh Raden Argarini, dr., M.Kes., PhD selaku sekretaris Blok Elektif ini, juga diikuti oleh mahaiswa S2 IKESOR FK UNAIR, dan juga beberapa dosen serta karyawan Ilmu Faal. Fun games ini dibuka dengan doa dan foto bersama, setelah itu, peserta melakukan pemanasan yang dipimpin oleh mbak Nadya, mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Olahraga, yang sekaligus menjadi salah 1 wasit dalam fun games ini.

Pertandingan basket digelar per quarter, untuk pertandingan 1 tim melawan tim lain dengan durasi 10 menit untuk setiap quarternya. Terdapat 3 pasang tim yang bertanding. Sesi pertama diikuti oleh tim dosen dan tenaga kependidikan Ilmu Faal melawan mahasiswa Modul Kedokteran Olahraga. Quarter-quarter berikutnya diikuti oleh tim lain. Kegiatan ini sekaligus merupakan perpisahan sebelum para mahasiswa menempuh ujian akhir blok elektif modul kedokteran olahraga.

Mengenali Hernia Pada Anak – Fakultas Kedokteran Universitas AirlanggaMengenali Hernia Pada Anak – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tidak hanya pada orang dewasa, hernia juga bisa terjadi pada anak-anak. Gejala hernia pada pada anak-anak dengan dewasa sama. Kendati demikian, penyebabnya berbeda.

Dokter Spesialis Bedah Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) Fransiska Kusumawidagdo, dr., Sp.BA(K) menjelaskan, hernia merupakan penonjolan organ yang seharusnya tidak terjadi. Hernia pada anak sendiri banyak jenisnya, salah satunya adalah hernia inguinalis.

“Bahasa umum dari Hernia Inguinalis adalah turun berok. Ditandai dengan benjolan di lipatan paha atau di kantong zakar,” paparnya dalam tayangan Dokter UNAIR TV edisi Jumat, 6 Januari 2023.

Pada anak-anak, hernia disebabkan karena lubang jalan turunnya buah zakar ke kantong skrotum tidak bisa menutup sempurna. Resiko ini terjadi pada bayi yang lahir prematur atau berat badan lahir yang rendah. Ini karena pembentukan organnya tidak sempurna.

Karena tidak bisa menutup, maka organ usus atau cairan dari organ dalam bisa masuk ke kantong zakar. Inilah yang menyebabkan timbulnya benjolan.

Benjolan karena hernia ini bisa terkadang nampak maupun tidak. Biasanya benjolan akan terlihat pada saat anak-anak menangis atau mengedan. Dan kembali hilang saat anak rileks. Orang tua bisa mengecek ada tidaknya hernia pada saat memandikan anak dan anak menangis.

Jika sudah diketahui, sebaiknya orang tua segera membawa anak ke dokter spesialis bedah anak untuk ditangani. Semakin cepat dibawa ke dokter, semakin cepat pula penanganannya. Sebaliknya semakin lama dibiarkan, maka bisa menyebabkan komplikasi.

“Hernia pada bayi sebaiknya dioperasi sejak dini karena beresiko terjadi jepitan. Organ yang terjepit lama beresiko tidak vital atau tidak bisa hidup,” paparnya.

Hernia pada anak semakin parah jika muncul beberapa gejala seperti kembung, muntah, kesulitan Buang Air Besar(BAB) dan buang angin, serta keluhan lain yg disebabkan sumbatan usus. Jika sudah terjadi kondisi ini, Tindakan medis perlu dilakukan segera

Hernia pada anak ini bisa disembuhkan melalui operasi. Pada bayi yang lahir premature, sebaiknya operasi dilakukan sesaat setelah keluar dari NICU.

“Gejala hernia yang diabaikan dan terlambat ditangani bisa menyebabkan pendarahan. Jika ini terjadi, salah satu organ yang terjepit bisa jadi tidak bisa dipertahankan lagi. Semakin lama tertangani, resiko komplikasi juga semakin besar karenanya PR nya semakin berat. Menangani hernianya juga menangani komplikasinya,” tukasnya. (ISM)

WORLD CANCER DAY MOMENTUM , Everyone Deserve Access to Cancer Care, Pengabdian kepada Masyarakat Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran RespirasiWORLD CANCER DAY MOMENTUM , Everyone Deserve Access to Cancer Care, Pengabdian kepada Masyarakat Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Perspektif

Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak kedua sedunia dan menyebabkan 10 juta jiwa meninggal setiap tahun. Sepertiga kematian akibat kanker dapat dicegah melalui skrining rutin, deteksi dini, dan perawatan. Hal ini disebabkan karena 40% kematian tersebut berkaitan dengan preventable and modifiable risk factor, misalnya pola makan dan nutrisi, merokok aktif dan pasif, obesitas, infeksi, alcohol, radiasi, dan pajanan di tempat kerja serta aktivitas fisik.

Setiap tahun kanker diperingati pada tanggal 4 Februari sebagai Hari Kanker Sedunia (World Cancer Day). Peringatan tersebut ditetapkan pada 4 Februari 2000 di World Cancer Summit, Paris melalui Piagam Paris Againts Cancer. Hari kanker Sedunia bertujuan meningkatkan kesadaran, mereduksi stigma, dan mencegah mitos serta hoax mengenai kanker.

Peringatan Hari Kanker Sedunia diadakan setiap tahun oleh berbagai nongovernment organizations (NGO) termasuk Union for International Cancer Control (UICC) sebagai inisiator dan motor, dan World Health Organization (WHO). Tema peringatan berubah setiap periode relevans dengan tujuan dan sasaran gerakan kampanye. Tema – tema tersebut antara lain I love my healthy active childhood (2009 – 2010), Cancer can be prevented (2010 – 2011), Together let’s do something (2012), Cancer Myths – Get the Facts (2013), Debunk the Myths (2014), Not Beyond Us (2015), We can, I can (2016 – 2018), I am and I Will (2019 – 2021), dan Close the care gap (2022 – 2024).

Tema Close the Care Gap mendorong reduksi dan eliminasi kesenjangan pelayanan kanker. Kesenjangan yang dimaksud adalah inequity dalam kesehatan karena equity adalah keadilan yang mana setiap orang mendapat apa yang dibutuhkan guna mencapai outcome yang sama.  Terdapat 8 hambatan dalam health equity yakni gender, minoritas, status ekonomi, tempat tinggal, usia, imigran, homophobia, dan disabilitas. Bahwa everyone deserve access to cancer care merupakan asa dan tujuan serta bukan utopia. Close the Care Gap terdiri atas subtema realising the problem (2022), uniting our voices and take actions (2023), dan together, we challenge those in power (2024).

Berkaitan dengan World Cancer Day 2023, kanker paru di Indonesia merupakan kanker yang relatively neglected. Penderita kanker paru cenderung mengabaikan keluhan dan risiko sehingga berkunjung ke fasilitas kesehatan dalam kondisi stadium lanjut. Semata – mata bukan hanya disebabkan oleh tingkat pendidikan melainkan juga gejala kanker paru asymptomatic pada stadium awal dan bilamana gejala muncul sering ringan.

Meskipun berpredikat sebagai penyakit kanker terbanyak kedua di dunia dan ketiga di Indonesia, kanker paru merupakan penyebab tertinggi kematian akibat kanker. Statistik menunjukkan 1 dari 16 orang laki – laki dan 1 dari 17 perempuan akan menderita kanker paru sepanjang hidupnya. Penderita kanker paru yang tidak memperoleh perawatan memiliki harapan hidup rata – rata 4 – 7 bulan. Harapan hidup dalam 5 tahun bagi penderita kanker paru stadium awal 56% sedangkan stadium lanjut terjun hingga 5% saja. Ironisnya, hanya 16% penderita kanker paru terdiagnosis di stadium awal. Mengutip dari American Lung Association, bila dibandingkan dengan jenis kanker lain, kanker paru memilki 5-survival years 18,6% sedangkan kanker usus 64,5%, kanker payudara 89,6%, dan kanker prostat 98,2%. Oleh karena itu, pars pro toto, Close the Care Gap seyogyanya juga digalakkan pada pelayanan kanker paru. Health inequity apa yang dapat diidentifikasi dan ditanggulangi. Kemudian berkolaborasi dan bertindak proaktif dalam meningkatkan health equity serta melakukan audiensi dan advokasi bersama semua elemen dan stakeholders.

Konkret

Bertepatan dengan momentum World Cancer Day Departemen/program studi sekaligus kelompok senat medik (KSM) Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNAIR/RS Dr. Soetomo secara kongkret mengadakan kegiatan promotif pengabdian kepada masyarakat (PkM) melalui rangkaian program literasi kesehatan, yakni live instagram, podcast, dan talk show. Kegiatan PkM tersebut menyasar masyarakat umum terutama generasi yang akrab dengan media sosial. Live instagram mengetengahkan bincang – bincang dengan narasumber dr. Farah Fatmawati Sp.P(K)Onk dan dr. Dhihintia Jiwangga Sp.BTKV(K) serta moderator dr. Yulia Devina dengan topik “World Cancer Day Close The Care Gap : Peran Operasi pada Kanker Paru”, memaparkan diskusi mengenai health equity terutama layanan pembedahan pada kanker paru.  Dilanjutkan podcast yang menghadirkan narasumber dr. Anna Febriani Sp.P(K)Onk dan dr. Garinda Almaduta Sp.P(K) serta moderator dr. Richar dengan topik “Zat Pemicu Kanker Paru di sekitar Kita : Memperingati Hari Kanker Sedunia 4”, mengupas karsinogen yang mengintai dan upaya – upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kegiatan penutup PkM berupa talk show DOKTER UNAIR TV berjudul “Tutup Kesenjangan Pelayanan di Hari Kanker Sedunia dari Sudut Pandang Paru” dengan menghadirkan DR. dr. Laksmi Wulandari Sp.P(K)Onk, DR. dr. Isnin Anang Sp.P(K), dan dr. Farah Fatmawati Sp.P(K)Onk. Talk show ini bertujuan mengurangi gap atau kesenjangan dalam pelayanan kanker terutama kanker paru baik akses diagnostik maupun akses terapeutik tanpa melihat gender, demografi, dan status sosial ekonomi. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan wujud dari strategi empowerment Departemen/PS/KSM Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi dalam meningkatkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat melalui dua dari tiga program utama PkM, yakni komunitas dan literasi. Selain itu, kegiatan ini adalah hilirisasi dari disiplin ilmu Pulmonologi.

Referensi :

Prof Willy Maramis, Pendiri Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNAIR BerpulangProf Willy Maramis, Pendiri Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNAIR Berpulang

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) kembali kehilangan guru terbaiknya. Guru besar Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Prof. Willy Maramis, dr., Sp.S., Sp.KJ(K) berpulang pada Selasa, 14 Februari 2023. Almarhum merupakan salah satu pendiri Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo.

Dekan FK UNAIR, Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subs.F.E.R menceritakan, almarhum merupakan sosok guru yang aktif melahirkan buku. 70 buah buku lahir dari tangan dinginnya. Dekan ingat betul, salah satu buku pegangan Dokter Muda (DM) FK UNAIR pada tahun 1980-an adalah buku ajar Panduan Psikiatri karya Prof Maramis.

Dedikasinya pada ilmu pengetahuan juga sangat tinggi. Selain di FK UNAIR, Almarhum juga merupakan pendiri Fakultas Psikologi UNAIR. Bahkan jauh setelah pensiun di FK UNAIR tahun 1986 pun, ia aktif menjadi dekan di salah satu universitas swasta di Surabaya.

“Beliau sempat berdiskusi dengan saya di ruang dekan. Di usianya yang tak lagi muda, sangat terlihat betapa besar dedikasinya pada pendidikan. Insyaallah kami, murid Prof Maramis akan melanjutkan serta mencontoh bagaimana beliau seorang guru”, ujar dekan dalam Upacara penghormatan terakhir di Aula FK UNAIR, Minggu, 19 Februari 2023.

Peran guru besar kelahiran Manado, 20 Juli 1926 ini juga sangat dirasakan oleh sejawat hingga murid-muridnya di departemen. Diceritakan oleh Guru Besar Psikogeriatri dan Perawatan Geriatri pada masanya, Prof. Marlina Setiawati Mahayudin, Sp.KJ(K), “Beliau ini salah satu tokoh pendiri Departemen Psikiatri. Sekiranya tahun 1975 saat Departemen ini berd berdiri sendiri. Karena sebelumnya masih bergabung tiga departemen yakni Saraf dan Rehabilitasi Medik,” terangnya.

Dalam mendidik, almarhum merupakan sosok pengajar yang sangat menguasai ilmu psikologi dan, biologi. Sehingga melihat manusia secara holistik. “Saat mengajar kami pun beliau lebih banyak menggunakan applied knowledge, bukan hanya teori,” paparnya.

Sebagai pemimpin, beliau juga merupakan sosok yang visioner. Karena visionernya ini ia sampai membidangi empat center pendidikan.

Secara pribadi, guru besar yang pensiun tahun 1986 ini dikenal dengan sosok low profile yang baik dalam tutur kata. Karena kepribadiannya yang baik ini juga, ia dikenang sebagai sosok yang cakap dalam ilmu pedagogi.

“Dalam pendidikan, misalnya bagaimana kita mengajar, menarik perhatian dan memotivasi mahasiswa, berinteraksi dengan pasien, beliau sangat ahli, itu adalah Prof Maramis,” tambah Prof Hendy Muagiri Margono, Sp.KJ(K), mantan sejawat dan muridnya di departemen dari Divisi AdiksI.

Putra Pertama Almarhum Prof Maramis, Albert Agustinus Maramis menceritakan betapa bangganya sang ayah menjadi bagian dari FK UNAIR, mulai menempuh pendidikan dan lulus dokter pada tahun 1958 hingga berkarir.

“Waktu saya kecil, saya pernah diajak ke Departemen. Saya merasakan betapa bangganya beliau waktu itu dengan menunjukkan ke anak-anaknya tempat beliau bekerja,” kenangnya.

Albert berterima kasih kepada FK UNAIR karena telah memberikan kesempatan ayahnya menempuh pendidikan, berkarir hingga mendapatkan penghormatan terakhir di almamater kebanggaannya. (ISM)

Indonesia Belum Juga Bebas Kusta, Mahasiswa Kedokteran Harus Ikut AndilIndonesia Belum Juga Bebas Kusta, Mahasiswa Kedokteran Harus Ikut Andil

Indonesia masih belum terbebas dari kusta. Meski Surabaya dan beberapa daerah menyatakan nol kasus. Nyatanya di daerah lain masih ada bahkan jadi endemi.

Dari data yang dimiliki Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), penderita kusta di Indonesia masih tertinggi ketiga di dunia. Di Jawa Timur sendiri, endemi kusta masih terjadi di kawasan Madura dan Pantura.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) Cabang Surabaya, Dr. Yulianto Listiawan, dr., SpKK mengatakan kusta adalah penyakit kuno. Penyakit ini tidak diketahui penyebabnya. “Yang pasti itu bukan kutukan, bukan keturunan, bisa diobati dan sembuh,” ujarnya ditemui seusai Roadshow KSMHI-Perdoski memperingati hari kusta, di Ruang Sidang Gramik FK UNAIR, 28 Februari 2023.

Memang stigma di masyarakat masih menganggap kusta ini penyakit keturunan dan kutukan. Karena cacat yang harus ditanggung penderita bisa seumur hidup jika tidak diobati.

“Karena stigma kutukan itu maka penderita tidak mau berobat. Mereka biarkan dan akhirnya menimbulkan kecacatan. Karena kecacatan itu akhirnya menurunkan produktivitas seseorang,” tukas Ketua Departemen Penyakit Kulit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Yang pasti kata dr Yulianto, kusta ini penyakit menular. Penularan dari doplet dari penderita. “Karenanya yang tertular itu orang-orang di sekitarnya. Penderita berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Sehingga seringkali dianggap penyakit keturunan,” jelasnya.

Dari tertular, kata dr Yulianto, masa inkubasi penyskit ini bisa 10 hingga 20 tahun. Sehingga tidak disadari jika sudah tertular.

Padahal penyakit ini tanda-tandanya sudah bisa dideteksi. Misalnya kulit merah-merah namun tidak gatal. “Merah tapi tidak gatal itu karena jaringan syaraf di kulit sudah mati, mati rasa,” ungkapnya.

Karena itu, jika ada orang di sekitar sudah dideteksi menderita kusta, maka sesegera mungkin memeriksakan diri. Karena jika dideteksi, maka bisa diobati dan bisa sembuh.

“Diobati sekali saja itu sudah bisa sembuh. Karenanya jangan takut distigma macam-macam,” tuturnya.

Karena itu, Perdoski merasa perlu adanya edukasi pada masyarakat sehingga penyakit ini bisa diberantas agar kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa meningkat.

Salah satu yang dilakukan Perdoski adalah mendatangi kampus-kampus kedokteran, agar pada calon dokter mulai peduli pada kasus kusta ini. Harapannya mereka bisa lebih massif mengedukasi masyarakat terkait kusta ini.

“Kepedulian harus dipupuk sejak dini. Sebelum adik-adik ini mengabdi jadi dokter mereka harus diedukasi agar peduli terhadap penyakit ini,” tandasnya. (ISM)