Tag: Dini

Katakan Tidak Pada Pernikahan Dini Bersama Mahasiswa Bidan FK UNAIR –Katakan Tidak Pada Pernikahan Dini Bersama Mahasiswa Bidan FK UNAIR –

SURABAYA – Pernikahan dini masih menjadi trend pada sebagian masyarakat di Indonesia sampai saat ini. Minimnya pengetahuan seseorang tentang bahaya pernikahan dini menyebabkan trend pernikahan dini ini terjadi. Pernikahaan usia dini atau lebih dikenal dengan “ Nikah muda “ adalah pernikahan yang dilakukan sebelum mempelai cukup umur. Fenomena ini semakin marak terjadi dikalangan masyarakat Indonesia. Angka pernikahan anak di Jawa Timur (Jatim) masih cukup tinggi. Berdasarkan Data BKKBN pada 2015, jumlah perempuan di bawah usia 16 tahun yang menikah atau hamil di Jawa Timur mencapai 5 ribu orang.Tercatat sepanjang tahun 2021 kemarin, terdapat 17.585 pengajuan dispensasi pernikahan anak yang diterima oleh Pengadilan Tinggi Agama Jatim. Sepanjang tahun 2022 tercatat 150 pengajuan pernikahan usia dini di Surabaya.

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang terjadi sebelum calon pengantin cukup umur. Minimal usia menikah seorang calon pengantin baik pria maupun wanita adalah 19 tahun (Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019). Sedangkan menurut BKKBN, pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) menurut BKKBN adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, yaitu usia minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap menghadapi kehidupan keluarga yang dipandang dari sisi kesehatan dan perkembangan emosional (BKKBN, 2014). Remaja putra dan putri perlu mengetahui bahwa saat menikah, mereka akan menjalani fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan pemeliharaan kesehatan (KEMENKES RI, 2016; Herawati et al., 2020).

Berbagai faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia dini yaitu karena adanya faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor lingkungan, seks bebas pada remaja maupun kehamilan di luar nikah Akibatnya angka putus sekolah semakin tinggi sehingga remaja tersebut tidak bisa menggapai cita-citanya. Selain itu pernikahan dini juga meningkatkan resiko kematian ibu dan KDRT (BKKBN, 2018). Salah satu cara pencegahan dari trend pernikahan dini adalah meningkatkan pengetahuan remaja terkait dampak pernikahan dini bagi masa depannya, karena pengetahuan akan mempengaruhi sikap para remaja dalam memandang trend tersebut.

Pada hari Senin, 11 Maret 2023 Mahasiswa Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) memberikan penyuluhan mengenai pencegahan pernikahan dini pada remaja. Kegiatan ini dihadiri oleh sebagian besar remaja putra dan putri Rt. 09/ Rw.03 Kelurahan Sidotopo wetan. Ibu RT bersama kader dan para remaja RT 09/RW 03 mendukung program pernikahan usia dewasa. Kegiatan penyuluhan ini untuk memberikan pemahaman kepada remaja terkait pendewasaan usia pernikahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pernikahan dini yang dapat sebagai salah satu upaya pencegahan dan menekan tingginya angka pernikahan dini. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan yakni berupa sosialisasi, pembagian leaflet, penayangan video dan diskusi atau sharing session untuk menunjang peningkatan pengetahuan, sikap dan kesadaran diri remaja tentang konsep pendewasaan usia pernikahan dan dampak negatif penikahan usia dini sehingga diharapkan remaja putra dan putri memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol diri terkait kesehatan reproduksinya dan dapat menjadi pemberi edukasi bagi teman sebayanya.

Katakan tidak pada pernikahan dini, lakukan PUASA (mata, telinga, mulut, hati dan pikiran) dan tanamkan “ Aku masih ingin “ sehingga memotivasi kita untuk menghindari pernikahan usia dini dan fokus pada hal-hal berguna lainnya seperti mengejar cita-cita. Pada akhir kegiatan remaja diminta untuk membuat komitmen diri atau ajakan agar tidak menikah dini dengan salah satu jargon yang telah dibuat bersama.
Disesi akhir kegiatan, dipimpin oleh ketua RW 3/RT 09 kelurahan Sidotopo Wetan bersama remaja putra putri, kita menyuarakan jargon, Siapa kita ? Remaja Sehat. Perniakahan dini, NO. Pernikahan usia dewasa, Yes. Video jargon dapat diakses pada feed Instagram kelompok 2 mahasiswa profesi bidan 2023 pada link https://www.instagram.com/reel/CqA_vmDhh1X/?igshid=MzRlODBiNWFlZA%3D%3D

Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pap Smear Gratis untuk Masyarakat Ngoro, Mojokerto –Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pap Smear Gratis untuk Masyarakat Ngoro, Mojokerto –

Kanker serviks menjadi salah satu penyebab kematian akibat kanker terbanyak di Indonesia. Hal ini dikarenakan 75 persen penderitanya ditemukan pada stadium lanjut. Prihatin akan hal ini, Departemen Patologi Anatomik (PA) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menyediakan layanan pemeriksaan Pap Smear Gratis kepada 100 wanita di Kecamatan Ngoro, Mojokerto, Sabtu, 29 Juli 2023.

Layanan Pap Smear gratis ini dilakukan di di RSIA Mawadah, Ngoro. Dokter spesialis PA FK UNAIR kompak untuk turun menangani langsung. Mereka juga dibantu oleh tenaga kesehatan (Nakes) di sana.

Ketua Departemen PA FK UNAIR, dr. Dyah Fauziah, Sp.P.A., Subsp.S.M(K) menjelaskan, sebelum kegiatan ini dilakukan, Para nakes ini diberikan penyuluhan tata laksana ap smear secara daring pada Selasa, 25 Juli 2023.

Selain penyuluhan, mereka juga diberikan pemaparan mengenai kanker serviks dan pentingnya deteksi dini. Harapannya, ilmu yang dimiliki bisa disebarluaskan kepada pasien RSIA Mawadah dan masyarakat lain.

Tak berhenti di situ, sebelum pemeriksaan gratis dilakukan, pasien juga diberikan penyuluhan dengan topik yang sama. Penyuluhan diberikan oleh Dr. Anny Setijo Rahaju, dr., Sp. P..A(K)

Ini tak lepas dari masih tingginya angka kanker serviks di Indonesia. Setidaknya ada 2-3 kasus kanker serviks baru per jam. Artinya setiap tahun ada 20.928 kasus baru. Ini menempatkan kanker serviks sebagai salah satu penyebab kematian wanita tertinggi di Indonesia.

Pap Smear menjadi metode deteksi dini kanker serviks paling akurat saat ini. Pap Smear mampu mendeteksi kelainan sel sejak fase awal pra kanker.

“Semakin cepat ditemukan, maka tingkat kesembuhannya juga tinggi. Jika kanker ditemukan di fase pra kanker, kesembuhan bisa sampai 100 persen,” ujarnya.

Di sinilah pentingnya Pap Smear perlu dilakukan secara rutin. Sehingga gejala kanker ini sudah bisa tertangani pada fase pra kanker.

“Berdasarkan rekomendasi dari American Cancer Society. Sebaiknya kanker dilakukan satu tahun sekali,” tambah Dyah.

Dyah mengakui, tak sedikit wanita yang enggan melakukan Pap Smear karena merasa risih. Tak mengherankan karena pemeriksaan dilakukan di daerah vital. Kendati demikian, lebih baik menahan perasaan tidak nyaman sebentar demi memastikan kesehatan yang dampaknya jangka panjang.

Pap smear dan penyuluhan kanker serviks ini merupakan rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen PA FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. Selain di Mojokerto, pengmas yang sama juga dilakukan di Bangkalan, Madura pada pekan sebelumnya. (ISM)

Ajang SIlaturahmi hingga Menjaring Provider Deteksi Dini Atresia Bilier di Masyarakat –Ajang SIlaturahmi hingga Menjaring Provider Deteksi Dini Atresia Bilier di Masyarakat –

Baru-baru ini gathering orangtua dan pasien atresia bilier diadakan di Surabaya, 3 September 2023 oleh Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR, Surabaya. Pada acara gathering tersebut, puluhan pasien atresia bilier yang berasal dari Surabaya dan beberapa daerah di Jawa Timur lainnya, seperti Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Blitar, Lamongan, Jombang, Mojokerto, Gresik dan dari Fak-Fak, Papua berkumpul. Sebagian besar dari mereka sudah dinyatakan sembuh dan beberapa masih dengan keluhan kuning. “Yang belum sembuh rata-rata karena baru datang berobat pada usia diatas 3 bulan”, ucap Dr. dr. Bagus Setyoboedi, SpA(K) selaku ahli gastrohepatologi anak yang sudah lama berkecimpung menangani pasien atresia bilier.

“Acara gathering ini diadakan untuk mempererat tali silaturahmi antar orang tua pasien, agar kita bisa saling kenal, sharing informasi, hingga melahirkan provider di masyarakat untuk sosialisasi deteksi dini atresia bilier di lingkungan sekitarnya. Saat ini pasien atresia bilier masih seringkali terlambat berobat padahal kuning sudah dialami oleh bayi sejak usia 2 minggu. Anggapan di masyarakat bahwa bayi kuning tidak apa-apa dijemur saja, kurang minum, dan nanti hilang sendiri harus diluruskan, karena tidak semua bayi yang masih kuning pada usia diatas 2 minggu adalah hal yang normal, ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menjadi gejala awal atresia bilier,” ujar Dr. dr. Bagus Setyoboedi, SpA(K)

Atresia bilier adalah penyakit dimana terdapat gangguan aliran empedu. Empedu yang tidak mengalir dengan baik dapat merusak hati. Jika penyakit ini berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan hati secara perlahan. Operasi Kasai pun tidak selalu memberikan hasil yang baik. Hal ini menyebabkan atresia bilier menjadi penyebab utama transplantasi hati pada anak. Dengan deteksi dini atresia bilier, diharapkan penanganan dapat dilakukan lebih awal sehingga menghindarkan bayi kerusakan hati yang ireversibel, bahkan dari atresia bilier itu sendiri. Pada acara gathering ini, selain mendapatkan informasi tentang kondisi anak, sosialisasi kewaspadaan prolonged jaundice dan kartu warna tinja diberikan kepada para orangtua sebagai provider deteksi dini atresia bilier di masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan angka keterlambatan berobat pada pasien atresia bilier dapat ditekan sekecil mungkin, mewujudkan Indonesia Bebas Atresia Bilier!.

Nama penulis : Rendi Aji Prihaningtyas