Fakultas kedokteran UNAIR (FK UNAIR) kembali menyelenggarakan open house untuk siswa SMA, Minggu, 30 Oktober 2022. Siswa dari berbagai daerah di Indonesia ini diajak untuk merasakan menjadi mahasiswa kedokteran selama sehari. Mulai dari menganalisa tubuh di laboratorium anatomi, hingga belajar CPR di ruang kuliah legendaris FK UNAIR, ruang propadause.
Naomi Nathania, ketua pelaksana, open house ini merupakan rangkaian kegiatan dari MEDSPIN (International Medical Science and Aplication Competition) 2022. Merupakan lomba sains dan kedokteran bertaraf Internasional yang diselenggarakan oleh mahasiswa FK UNAIR.
“Ini menjadi open house offline pertama setelah pandemi,” terangnya ditemui di sela-sela acara.
Sehari sebelumnya, open house juga digelar secara online sehingga menjangkau peserta yang lebih luas. Open house ini, lanjutnya, merupakan acara pembuka dari rangkaian acara MEDSPIN 2022.
“Ini juga kami jadikan sarana promosi olimpiade MEDSPIN yang babak penyisihannya tanggal 20 November nanti,” lanjutnya.
Naomi menyebut, selain ke ruang anatomi, 150 siswa yang hadir ini juga diajak untuk keliling ke beberapa spot di FK UNAIR. Pertama ke berbagai laboratorium, dari Mikrobiologi hingga Histologi. Kemudian juga ke Gedung AMEC (Airlangga Medical Center) untuk merasakan bagaimana mahasiswa FK UNAIR ujian. Juga gazebo dan halaman depan.
Tak hanya diperlihatkan, para siswa ini juga diajak praktik langsung. Seperti saat CPR, masing-masing siswa diajak bergiliran mempraktekan dengan manekin yang disediakan. Ini menjadi pengalaman yang nyata untuk mereka.
Seperti disampaikan Faiza Rosyida, Siswa SMA 2 Kediri. “Ini pengalaman yang sangat seru karena kami bisa praktik langsung dibimbing kakak-kakak di sini,” terangya.
Open house ini juga membuatnya semakin mantab untuk memilih FK UNAIR sebagai kampus tujuannya nanti. “Cita-cita saya menjadi dokter. Semoga saya bisa berkuliah di FK UNAIR nanti,” tukasnya. (ISM)
Dalam rangka kegiatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan acara tahunan untuk memperingatinya. Tahun ini BNPB menyelenggarakan acara tersebut pada tanggal 12 – 14 Oktober 2022 di BSCC Dome, kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Dr. Christrijogo Sumartono, dr.,SpAn.,KAR, didampingi oleh Farsya Putri dan Nabila Aliya, mahasiswa semester 5 FK UNAIR yang bergabung dalam organisasi tim bantuan medis KPLA, datang untuk memperkenalkan Tim Bantuan Bencana Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Kegiatan ini diikuti berbagai lembaga dan instansi dari seluruh Indonesia seperti Kemitraan Australia – Indonesia untuk Kesiapsiagaan Bencana, Rumah Zakat, ASTRA, Dompet Dhuafa, Human Initiative, dan masih banyak lagi. Lembaga dan instansi yang datang dapat mempromosikan diri mereka melalui open booth/stand pameran. Diadakan juga berbagai talkshow yang dibawakan oleh narasumber-narasumber yang sudah ahli dalam bidangnya. Di sana, mahasiswa memperkenalkan Tim Bantuan Bencana Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada para pengunjung yang menghampiri stand Universitas Airlangga. Mereka memperkenalkan kepada para pengunjung bahwa Tim Bantuan Bencana Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga siap siaga untuk membantu bencana alam di seluruh wilayah Indonesia, bahkan mahasiswa S1 juga bisa ikut dalam tim tersebut. Anggota tim juga pastinya sudah terlatih dan ahli. Saat talkshow, Dr. Chris juga mensosialisasikan mengenai pertolongan serta alternatif alat yang dapat digunakan apabila terjadi bencana.
Keterlibatan FK UNAIR dalam kegiatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana tersebut diharapkan dapat lebih memperkenalkan nama FK UNAIR serta tim bantuan bencananya di kancah nasional.
Penulis : Nabila Aliya Rahmah Vansya dan Farsya Putri Kamiko Fakhri
Kasus polio sudah lama tidak kita jumpai di Indonesia. Sejak Maret 2014, Indonesia dinyatakan berhasil mengeradikasi polio. Beserta negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia telah menerima sertifikasi bebas polio dari WHO. Namun, pada bulan Oktober lalu, ditemukan kasus lumpuh layu akut dan berhasil diidentifikasi sebagai polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Dan pada bulan November 2022 ini, Indonesia resmi melaporkan kasus polio diikuti 15 negara yang sebelumnya telah melapor kasus polio di negaranya. Atas temuan kasus polio tersebut, maka Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (IKFR FK UNAIR) menyelenggarakan kuliah singkat pada Selasa, 22 November 2022. Kuliah yang dilaksanakan secara daring dengan zoom tersebut diikuti oleh hampir 450 peserta, yang terdiri dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitas serta PPDS di seluruh Indonesia.
Acara tersebut dibuka oleh dr. Boy Timor dan dimoderatori oleh Dr. dr. Ratna D. Hariyadi, Sp.K.F.R. Ped (K) selaku dosen senior Departemen IKFR FK Unair. Terdapat 2 materi utama yang disampaikan pada kuliah tersebut, keduanya disampaikan oleh dosen senior dari Departemen IKFR FK Unair. Pada kesempatan ini, Dr. dr. Meisy Andriana Sp.K.F.R., N.M. (K) selaku pemateri pertama memberikan kuliah mengenai surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis). Dalam kuliahnya, dr. Meisy menyampaikan temuan surveilans cakupan imunisasi polio OPV (Oral Polio Vaccine) di Aceh yang cukup rendah, salah satu penyebabnya adalah karena kondisi pandemi sehingga cakupannya tidak mencapai target Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Survei Kemenkes juga memaparkan data di 30 RT di Aceh, 30 anak dari 25 rumah tangga tidak mendapatkan vaksinasi IPV (Inactive Polio Vaccine). Dan temuan kasus polio tersebut didapatkan dari pasien yang belum menerima vaksinansi apapun sehingga Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) nya tidak terpenuhi.
“Sebagai seorang surveilans, kita harus aktif mencari pasien kurang dari 15 tahun pada kelompok suspek polio, dengan gejala kelumpuhan layu akut kurang dari 2 minggu yang bukan disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Meskipun bukan polio, kita harus mengamati dan kemudian membuktikan dengan pemeriksaan tinja sampai tegak bukan polio.” jelas dr. Meisy kepada seluruh peserta. Dalam kesempatan ini, dr. Meisy juga menyampaikan kategori virus polio, penegakan diagnosisnya serta strategi pencegahan dan pemberantasan kasus polio. Sebagai konsekuensi atas sertifikasi bebas polio di Indonesia, pelaksanakan surveilans AFP (SAFP) harus dilakukan secara konsisten, dimana target penemuan kasus AFP harusnya >2/100.000. Dengan dilaksanakannya SAFP, maka diharapkan mampu mengidentifikasi daerah resiko tinggi, memantau kemajuan program eradikasi polio, dan mempertahankan Indonesia bebas polio.
Dokter Meisy menyampaikan materi Surveilans APF. (Foto oleh Juwita R Salsabil)
Selanjutnya pada materi kedua, Dr. dr. S.M. Mei Wulan Sp.K.F.R. Ped (K) menyampaikan materi dengan tema rehabilitasi poliomyelitis. Sebagai permulaan materi, dr. Mei menyampaikan mengenai virus polio, transmisinya, termasuk bagaimana poliovirus ini dapat kembali ke daerah yang sudah dinyatakan bebas polio tersebut. Dalam presentasinya, dr. Mei menyampaikan jika polio adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah. Sebagai dokter yang berkecimpung di bidang rehabilitasi medik, diharapkan dokter Sp. KFR dapat merencanakan program rehabilitasi untuk pasien polio seperti latihan Range of Motion (ROM) dan positioning untuk mencegah kontraktur, di antaranya adalah latihan ROM untuk ekstensi sendi panggul dan lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, ekstensi pergelangan tangan, abduksi dan oposisi dari ibu jari. Selain itu, latihan kekuatan otot dan pemberian assistive devices dapat direncanakan untuk menopang otot tubuh yang lemah. Pasien polio dibantu untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari dengan orthosis yang sesuai dengan patologi dan gangguan fungsi yang dialami oleh pasien.
Dokter Mei menyampaikan materi Rehabilitasi Polio. (Foto oleh Juwita R Salsabil)
Rehabilitasi pada kasus polio sangat berperan penting dan bisa dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan perjalanan polio yang diderita oleh pasien. Berdasarkan WHO, di fase akut (6 bulan pertama) pasien akan mengeluh nyeri otot sehingga tujuan rehabilitasi pada fase ini adalah mengurangi nyeri. Fase kedua yaitu fase konvalesens (6 bulan-3 tahun), secara bertahap program rehabilitasi ditujukan untuk proses perbaikan dan penyembuhan dengan pemberian latihan aktivitas fisik untuk mencegah kontraktur dan pemberian orthosis. Dan pada fase terakhir yaitu fase kronis, proses penyembuhan sudah berhenti sehingga dapat dilakukan evaluasi MMT (kekuatan otot) dan bila diperlukan dapat direncanakan operasi untuk mengoreksi deformitas.
Setelah penyampaian kedua materi, dr. Fatchurrahman Sp. K.F.R. M.S. (K) selaku dosen senior di Departemen IKFR FK Unair yang berpengalaman menemui dan memeriksa pasien polio, menyampaikan jika kasus polio yang terpenting adalah pencegahannya. Sebagai penyakit infeksi, cara pencegahan selain imunisasi yang sangat penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). “Dahulu,untuk mempermudah menangani pasien polio, kita selalu mengingat triple of two untuk fase-fase di kasus polio. Dua minggu pertama untuk fase akut, maka titik beratnya untuk pasien adalah melakukan bedrest total, tujuannya menjaga motor neuron agar tidak sampai rusak dan mencegah progresivitas atau perburukan gejala. Dua minggu pertama ini sangat menentukan prognosis dan outcome penyakit, tidak diperbolehkan dilakukan intervensi atau latihan yang berat. Kemudian dua selanjutnya adalah dua bulan yang merupakan fase kedua, intervensi yang dilakukan adalah melakukan latihan otot dibantu dengan pemberian orthosis untuk menunjang otot, bisa AFO (Ankle Foot Orthosis), KAFO (Knee Ankle Foot Orthosis), HKAFO (High Knee Ankle Foot Orthosis). Kemudian dua terakhir adalah 2 tahun, yaitu fase menetap setelah 2 tahun, dengan melakukan asessmen ulang nilai kekuatan otot dan terus dilakukan latihan.” jelas dr. Fatchur.
Dokter Fatchur menyampaikan pengalaman dalam menangani pasien polio pada sesi diskusi. (Foto oleh Juwita R. Salsabil)
Di akhir kuliah, peserta diberi kesempatan berdiskusi dengan pemateri yang dimoderatori oleh dr. Ratna. Kuliah yang berjalan 2 jam tersebut, membawa pada kesimpulan bahwa dokter Sp. KFR harus siap menghadapi kasus polio, kaitannya dengan program rehabilitasi jika menemukan kasus polio, disesuaikan dengan fase-fasenya. Penanganan kasus polio ini dimulai dari menemukan serta melaporkan kasus AFP, menegakkan diagnosis polio, sampai pada pemberian latihan dan orthosis harus dapat dikuasai oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi di Indonesia.
Penulis: Juwita R. Salsabil (PPDS Sp. 1 IKFR FK-Unair)
Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan oleh Alumni FK UNAIR Angkatan 1982 yang berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan sebagai bentuk partisipasi angkatan 1982 untuk turut menyemarakkan kegiatan Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang ke 109. Kegiatan ini mempunyai misi untuk memberikan penguatan penanganan gangguan jiwa berkelanjutan di Lamongan yang diberi nama dengan Kegiatan Lesung Si Panji. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilakukan pada tanggal 06 – 10 September 2022.
Kegiatan ini terdapat beberapa rangakaian acara yaitu Penyuluhan kepada Masyarakat Sekitar dan Pegawai Posyandu Jiwa Mekar Sari Desa Bulutigo Kecamatan Laren yang diawali dengan senam, penyuluhan yang diberikan langsung oleh dr. Taufik Hidayat dan dr. Agung Budi S., Sp. KJ., dan pemberian bahan pokok kepada keluarga pasien di Posyandu tersebut. Kegiatan ini berlangsung meriah dan ramai karena banyak partisipan yang hadir saat itu.
Selain kegiatan tersebut, Alumni FK UNAIR 1982 juga mengadakan bazar yang dimana barang yang diperjual belikan adalah barang barang yang berasal dari produk mantan pasien pasung. Para alumni pun juga menyisir beberapa orang mantan ODDP dan menemukan satu orang mantan ODDP yang bekerja sebagai penenun
Terdapat kegiatan yang dilaksanakan yang mempunyai fungsi untuk merekatkan tali persaudaraan antar alumni dan meningkatkan kepekaan hati melalui kegiatan wisata religi.
Acara puncak dari Kegiatan Lesung Si Panji ini adalah menyisir ke beberapa wilayah yang ada di lamongan untuk menyelematkan orang dengan gangguan jiwa. Dari kegiatan tersebut menemukan 14 gelandangan psikotik di jalanan dengan kondisi memprihatinkan dengan jiwa yang tidak stabil dan tanpa identitas. Setelah menemukan ODGJ tersebut, para alumni memberikan penanganan, pemanusiaan, dan diobati di rumah sakit serta akan di bawa ke panti sosial bila telah stabil. (Mas)
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Dr. Sulistiawati menjadi narasumber dalam monitoring dan evaluasi (monev) aksi integrasi stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Selasa 6 Desember 2022.
Dokter Sulis membawakan materi mengenai upaya peningkatan kesehatan ibu dalam rangka penurunan AKI, AKB dan stunting.
“Kesehatan ibu mengambil peran penting yang mempengaruhi angka kematian ibu, angka kematian bayi serta bayi lahir stunting. Jika ibu sehat sejak hamil, maka potensi tiga permasalahan kesehatan tadi juga rendah, pun sebaliknya” ujarnya.
Kesehatan ibu ini, salah satunya didapatkan dari pemenuhan nutrisi ibu selama hamil. Ibu hamil perlu untuk memperhatikan betul asupan nutrisi. Karena selain memberikan manfaat kesehatan kepada ibu sendiri, asupan nutrisi ini juga besar dampaknya pada kesehatan bayi sejak dari kandungan.
“Jika nutrisi terpenuhi, perkembangan anak termasuk otak di dalam kandungan juga akan baik. Sehingga nanti juga lahir anak yang sehat,” tambah Wakil Dekan III FK UNAIR ini.
FK UNAIR berkomitmen dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Semakin sedikit anak lahir stunting, semakin cerah masa depan Indonesia ke depan.
“Kami aktif mengedukasi masyarakat mengenai stunting ini. Mulai lewat pengabdian masyarakat, juga bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat seperti ini,” tukasnya.
Acara ini terselenggara atas undangan Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Dr. Fenny Apridawati, dr.,M.Kes yang juga alumni Prodi Doktor Ilmu Kedokteran FK UNAIR. (ISM)
Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) unggul dalam pengembangan Jaringan Sel Punca (Stem Cell). Produk ini bahkan sudah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan dikembangkan secara masal. Menjadi satu-satunya Departemen Orthopaedi & Traumatologi di Indonesia yang menghasilkan produk medis.
Dengan reputasi yang baik ini, Departemen Orthopaedi & Traumatologi terus melakukan pengembangan. Salah satunya dengan membuka Program Studi Spesialis 2. Prodi ini akan menerima 10 peserta didik di tahun ini.
Koordinator Program Studi (KPS), Dr. Lukas Widhiyanto, dr., SpOT(K) menuturkan, selain pengembangan jaringan sel punca, Departemennya juga unggul dalam pengembangan biomaterial.
“Untuk kedua hal ini kami menjadi pionir di Indonesia dan satu-satunya hingga saat ini,” ujarnya ditemui seusai Assesmen Lapangan Akreditasi LAM- PT-Kes pertamanya, Kamis, 02 Februari 2023..
Lukas menjelaskan, Prodi Spesialis 2 merupakan pendalaman dari Prodi Spesialis 1. Mencakup 5 peminatan antara lain Lower extremity & Joint reconstruction, Upper Extremity & Microsurgery, Oncology Muskologenetal, Spine dan Pediatric orthopaedi.
“Sebenarnya ini bukan program baru. Tapi karena perubahan revolusi peraturan perundangan. Dari yang sebelumnya pendidikan dasarnya kolegium base jadi university base. Subspesialis merupakan pendalaman dari pendidikannya,” paparnya.
Lucas optimis, adanya prodi baru ini bisa semakin mengangkat unggulan bidang studi FK UNAIR. Khususnya di bidang ilmu Orthopaedi & Traumatology. Karena dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, semakin dirasakan kebutuhan pelayanan dalam bidang ini. Apalagi masalah kesehatan muskolokeletal semakin kompleks dan membutuhkan penanganan dari ahlinya.
Dari Prodi Spesialis 1 Orthopaedi & Traumatologi memiliki hubungan yang sangat baik dengan mitra luar negeri. Seperti diantaranya dari Malaysia, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Bahkan ujian nasional juga dengan penguji-penguji dari kampus luar negeri. Ini akan Dilanjutkan di program subspesialis.
“Sejak mulai spesialis 1 kita sudah benchmarking dengan luar negeri. Sehingga berdasarkan itu standar kita tidak kalah dengan luar negeri. Paling tidak dengan negara di wilayah Asia Pasifik,” tukasnya.
STIMULATOR (Sternum’s Initiative for Community Health Advancement and Support) merupakan salah satu bentuk kegiatan pengabdian mahasiswa FK UNAIR Angkatan 2021 kepada masyarakat dimana konsep STIMULATOR adalah fun learning for special needs children dan desa binaan. Adapun dalam rangkaian acara yang dimiliki yakni Pre-event, Upgrading, dan Main event. Dalam mengawali rangkaian acara STIMULATOR nantinya, Pre-event STIMULATOR telah dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2023 di Fakultas Kedokteran UNAIR. Adapun peserta yang mengikuti terdiri dari 5 sekolah inklusi yang tersebar di seluruh Surabaya.
Pre-event STIMULATOR berjalan dengan baik dan lancar. Bahkan, terdapat beberapa media informasi yang memberikan tanggapan positif dengan acara yang dibuat. Selain terdapat siswa-siswi sekolah inklusi, terdapat beberapa tamu penting yang menghadiri kegiatan ini, seperti dari wakil DPRD kota Surabaya dan Delegasi BEM Fakultas Kedokteran beberapa Universitas di Surabaya. Acara yang diselenggarakan dengan menggugah keberanian siswa-siswi inklusi ini, dinilai cukup menarik, karena minimnya wadah dalam penyaluran bakat yang mereka miliki. Selain penampilan menarik dari siswa siswi sekolah inklusi, terdapat rangkaian acara lain, seperti jalan sehat, penampilan Grup Band Luar Biasa, Cap tangan dalam mengasah sensorik, maupun penampilan dari pendongeng yang cukup menghibur. Tidak ada gading yang tidak retak, begitu juga dengan kegiatan ini. Meskipun berbagai tanggapan positif dalam berjalannya acara ini, namun terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki kembali. Padatnya jadwal akademik maupun non akademik yang ada di FK UNAIR, menjadikan sulitnya koordinasi dan komunikasi antar panitia. Selain itu, adanya kesalahan persepsi bagian keamanan kampus, mengakibatkan belum terbuka gerbang di pagi hari. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya akses panitia untuk memasuki tempat acara. Sehingga, diharapkan akan ada kegiatan Bakti Sosial yang lebih menarik dan bermanfaat bagi masyarakat kedepannya.
Penulis: Nur Rohma Zia Sa’ada, Kebidanan UNAIR 2021
Thailand Inventors Day merupakan gelaran kompetisi dan pameran temuan ilmiah yang diselenggarakan National Research and Council of Thailand (NRCT) yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Inovasi Thailand. Pertemuan ini diselenggarakan di Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC), Bangkok, Thailand selaku tuan rumah. Pertemuan ini diselenggarakan sebagai pengakuan atas peran mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum sebagai agen perubahan yang diharapkan dapat terus memberikan wadah bagi mahasiswa, praktisi, dan peneliti di seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Pada gelaran acara ini, didatangkan hasil penemuan dari seluruh dunia yang membawa karya intelektual masing-masing untuk dapat dipamerkan dan berkompetisi dalam meraih penghargaan yang telah ada secara luring.
Kegiatan ini diawali dengan pengiriman abstrak karya dan deskripsi produk kemudian diseleksi oleh komite NRCT. Finalis diberi kesempatan untuk memamerkan produk inovasinya pada acara exhibition pada tanggal 1–6 Februari 2023. Kegiatan kemudian akan diikuti dengan panel internasional lalu diakhiri dengan pemberian penghargaan pada karya terpilih. Tingginya minat pada acara ini mendatangkan peserta berasal dari 24 negara dan mencapai 250 instansi pendidikan termasuk perguruan tinggi, kegiatan ini terbagi menjadi klasifikasi highschool, elementary, dan university collage. Total audiance yang hadir dalam enam hari penyelenggaraan sebanyak 1.246 audience termasuk Putri Bajrakitiyabha, selaku duta besar Thailand sekaligus putri pertama Raja Vajiralongkorn (Raja Thailand) dengan istri pertamanya, Putri Soamsawali.
Penulis percaya melalui kompetisi ini, penulis akan meningkatkan pengetahuan di bidang teknologi secara pesat serta memperluas cakrawala perkembangan pengetahuan di kancah internasional. Dari kegiatan ini pula, penulis berpotensi untuk menambah international exposure yang dapat menambah pengalaman lebih, khususnya bagi mahasiswa serta membawa citra baik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di mancanegara.
Adapun delegasi membawa inovasi brem kulit durian sebagai bioregulator serotonin pada otak. Dengan kombinasi kulit durian, brem yang diciptakan dapat menjadi alternatif penghilang dampak buruk terhadap kesehatan bagi pecandu maupun mantan pengguna Narkoba Lysergic Acid Diethylamide (LSD), serta memanfaatkan pektin kulit durian dalam mendukung proses fermentasi brem asli Madiun tersebut.
Kegiatan ini memiliki kendala internal pada anggaran biaya subsidi yang terbatas, sehingga perlu menambahkan sumber dana swadaya cukup besar, walaupun sudah mendapatkan swadaya dari UKM Penalaran dan Puspas UNAIR. Dan kendala eksternal pada technical meeting acara yang tidak memaparkan banyaknya juri utama dan juri pertimbangan, sehingga banyaknya juri yg hadir kurang lebih 12 juri membuat proses penjurian cukup rumit, saran untuk proaktif bertanya mengenai transparansi juri yang ada.
Tanggal 10 s.d 14 Juni 2023 adalah tanggal bersejarah bagi bidan di Indonesia karena Indonesia menjadi tuan rumah kegiatan kongres bidan dunia. Kesempatan emas tersebut digunakan oleh dosen bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) untuk turut serta sebagai bukti aktualisasi sebagai institusi Pendidikan kebidanan terkemuka di Indonesia bertaraf Internasional. Terdapat 5 orang dosen yang turut serta dalam kegiatan dimana 2 dosen diantaranya mendapatkan hibah pembiayaan dari Bursary ICM. Dosen Bidan FK Unair memiliki misi penting dalam pemberangkatan yaitu presentasi oral dan poster penelitian, menambah jejaring kemitraan dengan bidan dunia, narasumber workshop dan menimbah ilmu khususnya terkait evidence based terkait ilmu kebidanan. Tema Kongres ICM Tahun 2023 adalah Together again: from evidence to reality. Tema yang menyadarkan kita bahwa sebagai bidan harus terus update keilmuan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi khususnya di Indonesia.