Tag: Beri

FK UNAIR Beri Penyuluhan Penanganan Trauma Pasca Bencana di LumajangFK UNAIR Beri Penyuluhan Penanganan Trauma Pasca Bencana di Lumajang

Departemen Anatomi, Histologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) memberikan penyuluhan trauma paska bencana untuk anak-anak di Desa Kertowono, Lumajang, Kamis, 20 Oktober 2022. Mereka menggandeng tim dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa untuk memaparkan materi. Penyuluhan diikuti oleh 25 kader posyandu dan 10 perangkat desa.

Ketua Pengabdian Masyarakat, Kusuma Eko Purwantari, dr., M.Si menyampaikan, di Tahun 2021, Kertowono dua kali mengalami bencana alam. Antara lain gempa bumi dan gunung meletus. Karenanya diharapkan melalui penyuluhan ini, anak-anak yang terdampak bencana bisa mendapatkan dukungan baik fisiologis maupun psikis yang baik jika musibah ini terulang kembali.

“UNAIR sebagai salah satu kampus yang cukup dikenal di Jawa Timur. Kami juga ingin memberikan perhatian kepada saudara kita yang terkena musibah,” terangnya.

Penyuluhan diberikan oleh Izzatul Fitriyah, dr., Sp.KJ(K) dibantu oleh dua orang residen IKJ, Efendi Rimba, dr dan Igha Vinda H, dr.

Kader posyandu dipilih karena di desa, mereka merupakan perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan tingkat dasar. Mereka memegang peranan penting berbagai informasi mengenai kesehatan bisa sampai ke masyarakat.

“Kader-kader ini kami berikan simulasi kasus dan penanganan. Serta permainan-permainan yang bisa melupakan kesedihan dan memperbaiki trauma mereka,” terangnya.

Beri Pengobatan Gratis Ke 70 Lansia

Selain memberikan penyuluhan, tim pengmas Departemen Anatomi, Histologi dan Farmakologi juga memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada 90 lansia. Pemeriksaan lab dasar meliputi tes gula, tensi dan kolesterol. Selain itu masyarakat juga bisa konsultasi mengenai kesehatannya kepada dokter-dokter yang terlibat.

“Kami juga menyediakan obat-obatan. Seperti obat-obatan darah tinggi kami berikan juga. Karena sudah masuk musim hujan keluhannya banyak yang flu,” tambahnya.

Penyuluhan PHBS dan Pengukuran Lingkar Kepala pada 64 Siswa SD

Tak hanya menyasar orang tua, pengmas Departemen Anatomi, Histologi dan Farmakologi ini juga menyasar anak-anak. Tim datang ke SD Kertowono 1 Lumajang untuk memberikan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Lucky Prasetiowati, dr., M.Biomed selaku ketua pelaksana pengmas di sekolah menjelaskan, penyuluhan PHBS ini merupakan penyuluhan 8 langkah PHBS di sekolah. “Anak-anak separuh harinya di sekolah ketemu banyak teman dan banyak dilakukan. Karenanya menjaga lingkungan sekolah yang sehat siswanya juga sehat. Dan kalua sehat, tentu status gizi mereka juga meningkat. Dan tentu prestasi akademik juga ikut mengikuti. ,” ujarnya.

8 bentuk PHBS di sekolah ini antara lain meliputi cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Konsumsi jajanan sehat di kantin sekolah. Memakai jamban yang bersih. Dan olahraga teratur.

Kemudian timbang badan dan mengukur tinggi badan rutin setiap bulan. Lalu buang sampah ditempatnya. Tidak merokok di sekolah dan memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah. Semua itu diharapkan dilakukan secara rutin.

“Agar siswa bisa mengingat, kami juga diberikan poster untuk ditempel di sekolah, “ terangnya.

Pengukuran Antropometri untuk Siswa

Selain diberikan penyuluhan PHBS, para siswa juga menjalani pengukuran antropometri. Yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks masa tubuh (BMI). Juga pemeriksaan antropometri yang lain meliputi lingkar lengan atas, Perut, panggul, lemak bawah kulit.

Tujuan pemeriksaan antropometri ini untuk mengetahui status gizi dari siswa,” tambah Dokter Lucky.
Selain untuk data perbandingan status gizi antara anak-anak di pedesaan dan perkotaan, hasil dari pengukuran juga akan dilaporkan ke pihak sekolah. (ISM)

Dosen FK UNAIR Beri Penyuluhan Tentang DBD di Bintan, Kepulauan RiauDosen FK UNAIR Beri Penyuluhan Tentang DBD di Bintan, Kepulauan Riau

Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan serius di beberapa wilayah di Indonesia. Menurut data dari Kemenkes per tanggal 15 Juni lalu ditemukan 45.387 kasus. Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus. Tingginya kasus ini mendorong pakar kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Dr. Sulistiawati, dr., M.Kes selalu mengedukasi masyarakat di setiap kesempatan.

Seperti dalam acara Airlangga Community Development Hub (ACDH) 2022 di Desa Pengudang, Kecamatan Sebong, Kabupaten Bintan, Riau, pada 19 hingga 22 Juni lalu . Dokter Sulis memberikan penyuluhan mengenai DBD dan pencegahannya kepada ibu-ibu yang hadir.

“DBD ini menjadi perhatian bersama karena setiap tahun kasusnya ada. Apalagi memasuki musim peralihan menuju ke hujan,” terang Dokter Sulis.

Acara ACDH 2022 ini menggandeng berbagai Fakultas di Universitas Airlangga. Dokter Sulis sendiri bergabung dalam kluster kesehatan bersama dengan dosen dari Fakultas Keperawatan dan Fakultas Psikologi. Selain Dokter Sulis, Fakultas Kedokteran juga menerjunkan Linda Dewanti,dr., M.Kes, MHSC., Ph.D yang memberikan edukasi mengenai pneumonia dan diare pada anak-anak.

Tak hanya fakultas-fakultas kesehatan, Fakultas sosial seperti ekonomi dan bisnis juga bergabung untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat terutama ibu-ibu di Bintan.

“Pengmas ini memang sasarannya adalah ibu dan balita. Kami berharap terjadi peningkatan kesehatan dan ekonomi untuk ibu-ibu di Kepulauan Riau ini,” tukasnya. (ISM)

Anak Obesitas Rentan Mengalami DBD Berat

Sebelum tahun 60-an, DBD banyak menjangkit anak-anak di bawah usia 15 tahun. Namun semakin berjalannya waktu terjadi pergeseran. Kini orang dewasa pun juga memiliki resiko sama besarnya. Kendati demikian, tingkat keparahan antara pasien satu dan yang lain akan berbeda.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan DBD ini. Diantaranya respon imun. Kemudian etnis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dokter Sulis, orang yang berkulit putih seperti etnis Tionghoa memiliki resiko DBD berat dibandingkan etnis lain.

Penyakit komorbid juga menjadi salah satu faktor pemberat saat menderita DBD, “Pasien obesitas juga beresiko mengalami keparahan saat terjangkit DBD,” terangnya.

Namun yang paling krusial diantara yang disebut diatas adalah gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud adalah bagaimana pasien mau menjaga tubuhnya saat sakit. Rutin tidaknya pasien konsumsi makanan sehat, minum air putih serta dan obat teratur berpengaruh besar pada tingkat keparahan penyakit.

Mendeteksi penyakit DBD lebih awal juga bisa menekan tingkat keparahan penyakit hingga kematian. Lalu seperti apa gejala DBD yang bisa diketahui.

Gejala DBD diantaranya panas naik turun selama 3-7 hari. Namun yang perlu diwaspadai DBD adalah Ketika di lingkungan sekitar sudah ada orang yang terjangkit DBD, baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Didukung dengan kondisi cuaca yakni terjadi di musim penghujan.

Kemudian terjadi pendarahan. Keluar bintik-bintik merah dan mual, pusing, meriang dan sakit perut karena pembengkakan liver.

“Jadi kalau gejala diatas muncul di fase satu minggu ini kita harus berhati-hati. Apalagi sampai terjadi kejang. Jangan sampai terlambat mengirim ke rumah sakit karena resikonya bisa fatal,” tukasnya.

Saat gejala demam terjadi, pasien boleh minum pereda panas seperti parasetamol diiringi dengan minum air putih yang banyak. Namun jika panas tak kunjung turun, segera bawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan tepat. (ISM)

Beri Pesan Selalu Jaga Kesehatan, FK UNAIR Tutup 2022 dengan Lari 15KBeri Pesan Selalu Jaga Kesehatan, FK UNAIR Tutup 2022 dengan Lari 15K

Perayaan tahun baru di Indonesia identik dengan makan-makan, riuh terompet hingga pesta kembang api. Namun cara berbeda digelar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR). Dalam menyambut tahun baru 2023, kampus kedokteran tertua di Surabaya ini menggelar fun run bertajuk ’15K Year End Run’.

Kegiatan lari tersebut digelar di tengah rintik hujan yang mengguyur Kota Surabaya, Sabtu, 31 Desember 2022, pagi. “Orang itu kan macam-macam memeringati tahun baru. Kebetulan dengan komunitas lari saya, supervisor, staf-staf di FK Unair dan RSUD Dr Soetomo juga PPDS, 4 hari yang lalu baru muncul ide (15K Year End Run) ini,” ujar Dekan FK Unair Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG., Subs. F.E.R usai gelaran ’15K Year End Run’.

“Ini memang acara spontanitas, tapi kami punya program tahunan, Airlangga Run. Itu sempat terhenti selama 2 tahun karena pandemi. Di tahun 2023 nanti akan kami hidupkan kembali. Membuat event lari besar, mungkin 5K, 10K, dan 25K di seputaran Surabaya,” sambungnya.

Menempuh jarak 15 kilometer, lanjut Prof Budi, kegiatan ’15K Year End Run’ ini sebagai wujud syukur atas pencapaian di sepanjang 2022.

“Mensyukuri kita selama 2022 diberikan kesehatan. Kita lari bersama,” tukasnya.
Turut dalam kegiatan tersebut adalah dosen senior FK Unair Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG(K). Meski tak lagi muda namun Pudjo terlihat semangat mengikuti kegiatan ’15K Year End Run’.

“Ini acara yang cukup bagus digagas pak Dekan kita. Lepas dari kegiatan kita sehari-hari. Kegiatan klinik, manajemen, dan lain sebagainya yang cukup melelahkan tapi kita tidak melupakan kesehatan kita sendiri,” tuturnya.

“Jadi kode etik dokter adalah menjaga kesehatan diri sendiri dan kegiatan (lari) ini adalah bentuk usaha kita menjaga kesehatan,” jelasnya.

Tak hanya dari FK, Fun Run ini juga diikuti oleh Dekan Fakultas Hukum, Iman Prihandono, S.H., M.H., LL.M., Ph.D. Ia menyebut, sepanjang 2022 berbagai capaian diraih UNAIR berkat kerja bersama antar Fakultas dan hal ini layak dirayakan bersama. “Kita di fakultas saling mendukung satu sama lain, kalau FK buat acara kita ikut. Kita menutup tahun 2022 dengan senang, ” tukasnya. (ISM)

Beri Kuliah Tentang Sindroma Lokomotif, 5 Dosen Tamu dari Jepang Datangi FK UNAIRBeri Kuliah Tentang Sindroma Lokomotif, 5 Dosen Tamu dari Jepang Datangi FK UNAIR

Setelah Desember lalu mendatangkan dosen tamu dari Jepang, Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR) kembali mengundang dosen dari negeri matahari terbit untuk mengajar mengenai Sindroma Lokomotif untuk pasien geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR).

Kali ini lebih banyak. Ada lima dosen yang datang dari Hiroshima University Hospital. Antara lain Prof Yukio Mikami, MD, PhD., Dr. Saaya Amano, Dr. Akihiro Matsumoto, Ms. Izumim Umehara, PT dan Dr. Kitagawa. Kelima dosen ini memiliki beragam kepakaran. Mulai dari rehabilitasi, pengobatan pencegahan, sindroma lokomotif hingga prosthesis.

Seperti sebelum-sebelumnya, FK UNAIR selalu menyambut rombongan tamu yang datang. Wakil dekan 2 dan 3 serta Kepala Bagian International Office menyambut di ruang sidang dekan.

Wakil Dekan 3, Dr. Sulistiawati, M.Kes mengatakan, kerjasama dengan Hiroshima University Hospital ini sudah terjalin sejak tahun 2014. Saat ini FK UNAIR sedang mempersiapkan pembaharuan Memorandung of Agreement baru.

“Jadi sebelumnya sudah ada MoA, tapi masa berlakunya sudah habis. Karenanya akan segera kita buatkan pembaharuannya,” jelasnya, Senin, 6 Januari 2023.

Kepala International Office FK UNAIR, Dr. dr. Asra Al Fauzi, SE, MM, Sp.BS (K), FICS, IFAANS menambahkan, FK UNAIR sudah mengirimkan staf pengajar untuk melakukan outbound ke Hiroshima University Hospital. Diantaranya dari Departemen Ortophaedi dan Traumatologi serta IKFR ini.Kedepan diharapkan departemen lain menyusul.

“Salah satu dosen tamu ini sudah jadi adjunct professor kita, Prof Yukio Makami ini,” tambahnya.

Sekretaris Departemen IKFR, Lydia Arfianti, dr., Sp.KFR(K) berharap, dengan penguatan kerjasama ini ada peningkatan publikasi dari departemen. Juga dengan mengirimkan staf dan PPDS ke Jepang, diharapkan adanya peningkatan skill baik segi pengetahuan, ilmu dan kemampuan praktis.

“Karena kita belajar ke negara maju, kami harap ada peningkatan skill. Terutama pada advance rehabilitation,” tambahnya.

Tak hanya dengan kampus Jepang, Departemen IKFR juga membidik kolaborasi dengan beberapa kampus asing. Seperti Siriraj University dan Mahidol University Thailand dan beberapa kampus Asia lain. (ISM)

FK UNAIR – RSTKA Beri Usulan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis di KepulauanFK UNAIR – RSTKA Beri Usulan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis di Kepulauan

Lima tahun sudah Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) berlayar untuk menyehatkan masyarakat kepulauan.

Ribuan kasus ditangani mulai yang ringan hingga yang berat. Sehingga masyarakat kepulauan bisa mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.

Namun kehadiran RSTKA tidak akan selamanya. Diharapkan pemerintah daerah bisa melakukan langkah agar layanan kesehatan bisa hadir di daerah kepulauan.

Di perayaan ulang tahun kelima RSTKA, banyak pihak yang urun rembug. Salah satunya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR). Sebagai lembaga yang mencetak lulusan dokter dan dokter spesialis, FK UNAIR merasa perlu untuk ikut memberikan sumbangsih dan saran demi keberlangsungan RSTKA yang merupakan wujud kepedulian para alumni UNAIR.

“Sampai kapan RSTKA untuk hadir ke daerah-daerah kepulauan? Solusi masalah kesehatan tidak hanya dari kami berlayar ke sana tapi harus ada solusi lain,” kata Dekan FK UNAIR, Prof Dr Budi Santoso,dr, SpOG, Subsp. F.E.R di sela syukuran 5 tahun RSTKA, Sabtu, 11 Februari 2023.

Solusi yang ditawarkan FK UNAIR adalah pemda setempat agar mulai menyediakan dokter spesialis yang banyak dibutuhkan masyarakat. Untuk bisa menyediakan itu, pemda harus memberikan beasiswa bagi para dokter umum agar bisa menempuh program pendidikan dokter spesialis (PPDS).

Sehingga ketika dokter itu lulus PPDS mereka bisa mengabdi di daerah kepulauan selama beberapa tahun. Begitu seterusnya hingga para dokter saling bergantian.

“Bagi kami, tidak fair rasanya kalau meminta lulusan PPDS yang ada saat ini untuk tugas di daerah terpencil karena mereka menempuh PPDS dengan biaya sendiri. Padahal kuliah PPDS juga tidak murah. Intinya pemerintah harus hadir untuk bisa mengatasi masalah ini,” jelas Prof Bus, panggilan akran Prof Budi Santoso.

Karena ketika pertama kali RSTKA ini mulai mengarungi lautan, tujuan utama adalah bukan hanya bisa memberikan layanan kesehatab tapi juga bisa mendirikan layanan kesehatan di kepulauan dengan bantuan pemda setempat.

Karena RSTKA itu kehadirannya ada batasnya. Kehadiran donatur sangat menentukan kelangsungannya. “Jadi pemda memang harus berupaya sendiri. Karena sampai kapan pelayanan kesehatan dengan kunjungan ini akan berjalan,” tandas Prof Bus.

Beruntung, ada pemda yang menyambut baik program dari FK UNAIR ini. Pemkab Gresik dan Sumenep siap untuk melakukan MoU dengan FK UNAIR sebelum akhir Februari 2023. Nantinya dengan kerjasama ini, kedua pemda bisa mengirimkan dokter umum untuk menempuh PPDS di FK UNAIR.

“Mereka di sekolahkan, ditanggung biaya hidup selama sekolah setelah lulus mereka mengabdi. Begitu seterusnya hingga di daerah itu layanan kesehatan bisa dipenuhi dengan kehadiran dokter spesialis,” jelasnya.

Menerima mahasiswa putra daerah agar menempuh PPDS di FK UNAIR ditegaskan Prof Bus tidak akan mengurangi kuota PPDS. Apalagi di tahun ini FK Unair boleh menambah kuota PPDS hingga 300 orang dari sebelumnya yang 250 orang.

“Untuk yang reguler tidak akan dikurangi jatahnya. Kami justru menambah mahasiswa dari putra daerah itu. Kami sudah mempersiapkan sarana prasarana dan dosennya,” tandas Prof Bus.

Sementara itu Direktur RSTKA, dr Agus Harianto mengaku bersyukur RSTKA bisa berlayar hingga 5 tahun. “Kita sudah berlayar ke 86 pulau terpencil. Itu berkat buat orang- orang pulau,” kata dr Agus.

Memang yang menjadi masalah adalah kurangnya dokter spesialis di pulau-pulau itu. Masalah itu memang tidak juga selesai hingga saat ini. Sebenarnya kata dr Agus program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS) sangat bagus untuk memeratakan dokter spesialis hingga ke pelosok. Sayangnya program itu harus dihentikan karena ada protes dari beberapa kalangan yang menolaknya.

“Alasannya mereka sekolah spesialis itu bayar sendiri, tidak dapat beasiswa. Jadi mengapa mereka harus ke daerah terpencil? Begitu alasannya. Namun menurut saya setiap kebebasan itu ada tanggung jawab di dalamnya. Kebebasan dan tanggungjawab moral bagaikan dua sisi mata uang,” jelasnya.

Karena PGDS harus dibatalkan, dr Agus sangat mendukung jika PPDS dibantu pemda dengan program beasiswa.

“Agar setelah lulus bisa ditempatkan di daerah yang membutuhkan,” tambahnya.

Bupati Sumenep, Ra Achmad Fauzi, SH, MH menuturkan, untuk langkah awal, Sumenep akan mengirimkan 4 putra daerahnya untuk sekolah PPDS di FK UNAIR. Mereka akan disekolahkan di Prodi Orthophaedi dan Traumatologi dan Anestesi.

“Setiap tahun bertahap. Nanti saat lulus mereka wajib untuk mengabdi di daerah,” tambahnya.

Ditemui di tempat yang sama, Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT), Ir. Eko Sri Haryanto, MM mengaku, di tahun 2023 ini Kementerian PPDT sudah merumuskan beberapa program dengan beberapa kementerian terutama kementerian kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan di 62 daerah terpencil di Indonesia. Utamanya terkait penguatan puskesmas, pemenuhan tenaga kesehatan di lapangan dan penekanan Angka Kematian Ibu (AKI).

“2023 melonjak tajam upaya kita dalam menanggualngi permasalahan diatas. Tinggal 2024 ini kita lihat apakah target terpenuhi,” tambahnya.

Eko memambahkan, mengatasi permasalahan kesehatan di kepulauan diperlukan kolaborasi banyak lembaga. Tidak hanya Kementerian Kesehatan, namun juga sektor lain.

“Sinergi ini perlu dibangun bersama. Misalnya Kementerian PUPR dalam menyediakan sanitasi. Penikatan ekonomi juga perlu. Kalau masyarakat gak mampu ekonomi, kesehatan juga terganggu,” tukasnya. (ISM)

Beri Kuota PPDS Putra Daerah, FK UNAIR – UB Teken MoU dengan Pemkab Gresik – Sumenep –Beri Kuota PPDS Putra Daerah, FK UNAIR – UB Teken MoU dengan Pemkab Gresik – Sumenep –

Masih dalam upaya pemerataan dokter spesialis, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) kembali meneken MoU penerimaan PPDS. Yang terbaru dilaksanakan dengan Pemerintah Kabupaten Gresik dan Sumenep juga Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), Kamis, 30 Maret 2023.

Melalui MoU ini, putra daerah yang dikirimkan oleh dua kabupaten ini akan mengambil studi spesialis di FK UNAIR maupun FK UB. Calon PPDS ini mendapatkan beasiswa dari Pemkab dan Dinas Kesehatan sebesar 1 Miliyar per orang. Setelah lulus mereka diwajibkan untuk mengabdi ke daerah dengan rumusan N +3, hitungan masa pendidikan ditambah tiga tahun.

Penerimaan PPDS afirmasi ini masuk dalam payung Academic Health System. Di mana Fakultas kedokteran yang memproduksi dokter bersinergi dengan pemerintah, rumah sakit, dinas kesehatan dan stakeholder lain untuk memecahkan persoalan kesehatan di Indonesia.

“Momentum ini membuktikan bahwa program AHS bukan hanya hitam diatas putih. Bukan hanya melakukan rapat-rapat saja dan memberikan kinerja yang nyata. Kami dari AHS wilayah 5 dimana FK UNAIR sebagai koordinatornya berkomitmen serius dengan adanya program yang baik ini,” ujar Dekan FK UNAIR, Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subps. F.E.R dalam sambutannya di Aula FK UNAIR.

Penandatanganan Kerjasama oleh Dekan FK UNAIR dan Bupati Gresik didampingi oleh Wakil Rektor UNAIR Bidang Internasionalisasi dan Digitalisasi dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (dari kiri ke kanan : Kepala Dinkes Jawa Timur, Dekan FK UNAIR, Bupati Gresik dan Wakil Rektor UNAIR Bidang IDI)

Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, S.E. menyebutkan sebagai langkah awal,pihaknya akan mengirimkan lima dokter dari Pulau Bawean untuk menempuh pendidikan dokter spesialis di FK UNAIR & UB. Setelah lulus mereka akan ditempatkan di RSUD Umar Mas’ud, Bawean.

“Beasiswa spesialis ini untuk memenuhi kebutuhan spesialis medik dasar meliputi penyakit dalam, obstetri & ginekologi, jantung, anestesi, bedah dan anak. Kami berharap melalui ini, hak kesehatan masyarakat kepulauan sama dengan masyarakat di daratan,” ujarnya.

Selama ini rumah sakit umum daerah di Gresik bertumpu pada dokter spesialis kiriman. Seperti dari provinsi selama tiga bulan dan kementerian delapan bulan masa tugas. Sehingga kekosongan dokter spesialis kerap terjadi.

Penandatanganan Kerjasama oleh Dekan FK UNAIR dan Bupati Sumenep didampingi oleh Wakil Rektor UNAIR Bidang Internasionalisasi dan Digitalisasi (dari kiri ke kanan : Dekan FK UNAIR, Bupati Sumenep dan Wakil Rektor UNAIR Bidang IDI)

Sementara itu, Sumenep memiliki 126 pulau yang masyarakatnya kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Mereka bergelut dengan jarak tempuh yang jauh hingga tingginya biaya transportasi laut untuk sampai ke rumah sakit rujukan di daratan. Seperti masyarakat dari Masalembu yang membutuhkan 22 jam perjalanan laut untuk sampai ke rumah sakit.

“Di sini kami sampaikan apresiasi luar biasa kepada FK UNAIR yang jauh sebelum ini selalu hadir untuk masyarakat kepulauan kami melalui RS Terapung Ksatria Airlangga,” tambah Bupati Sumenep, Achmad Fauzi menyebut.

Kendati demikian, Sumenep harus memikirkan solusi jangka panjang sehingga ada dokter spesialis yang bisa ditempatkan di rumah sakit Abuya, Kangean, pulau paling besar di Sumenep.

“Saat ini hanya ada empat dokter spesialis yang ada di rumah sakit baru kami ini. Sementara masyarakatnya 250 ribu jiwa. Karenanya kami upayakan pemenuhan spesialis sehingga rumah sakit ini bisa berjalan,” tukasnya. (ISM)

Pengmas Departemen BTKV FK UNAIR, Beri Pelatihan di RSUD Blambangan –Pengmas Departemen BTKV FK UNAIR, Beri Pelatihan di RSUD Blambangan –

Departemen/Prodi Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular (BTKV) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) memberikan pelatihan mengenai tata laksana BTKV terupdate di RSUD Blambangan, Banyuwangi, 17 Mei 2023.

Kegiatan yang termasuk dalam pengabdian masyarakat ini dihadiri oleh Guru Besar, Prof. Dr. Med. Puruhito, dr. SpBTKV Subsp. VE (K), Kepala Departemen,Heroe Soebroto,dr. SpB SpBTKV Subsp. JPK(K), serta Koordinator Program Studi Dr. Yan Efrata Sembiring, dr. SpB SpBTKV Subsp dan para staf lainnya.

“Rombongan diterima dengan hangat oleh jajaran direksi RSUD Blambangan yang dipimpin langsung oleh Direktur RSUD Blambangan Dr. H. Widji Lestariono, M. Kes., “ ujar Kepala Departemen, Dokter Heroe Soebroto.

Pada kegiatan ini terdapat 4 sesi acara, sesi yang pertama tentang Update Penanganan Operasi Jantung Koroner. Sesi ke -2 mengenai manajemen dan tatalaksana bedah jantung pediatrik dan kongenital, Sesi ke-3 mengenai Peran Sp.BTKV dalam pelayanan Bedah Vaskular , dan sesi ke-4 mengenai Tindakan pembedahan pada kasus Bedah Toraks oleh Spesialis BTKV.

“Kegiatan ini disambut antusias oleh tenaga Kesehatan RSUD Blambangan. Jumlah peserta yang hadir 115 peserta, diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin untuk memberikan wawasan dan update mengenai pelayanan di bidang Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular,” tambahnya.

Program Studi Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular FK UNAIR juga turut serta dalam program Pengabdian Masyarakat ini. Prodi BTKV mengadakan penyuluhan di Poli Bedah RSUD Blambangan untuk memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pengenalan kaki diabet, bagaimana pencegahannya, dan pilihan-pilihan tatalaksananya.

Kegiatan tersebut disambut dengan sangat antusias oleh para pasien di poli Bedah RSUD Blambangan, dan dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan pada sesi interaksi. Semoga dengan program ini mampu membuka wawasan baru dan Kerjasama yang sudah terjalin ini mampu membawa kemajuan bagi peningkatan kesehatan masyarakat.

Penderita Kanker Serviks di Indonesia Bertambah 58 Orang Perhari, Departemen PA FK UNAIR Beri Penyuluhan Pap Smear untuk Nakes di Bangkalan –Penderita Kanker Serviks di Indonesia Bertambah 58 Orang Perhari, Departemen PA FK UNAIR Beri Penyuluhan Pap Smear untuk Nakes di Bangkalan –

Dua hingga tiga wanita Indonesia terdeteksi kanker serviks setiam jamnya. Artinya dalam sehari ada 58 kasus baru. Dan 20.928 setiap tahunnya.

Di negara maju, 75 persen penderitanya ditemukan pada stadium awal. Sebaliknya, di negara berkembang seperti Indonesia, 75 persen penderita ditemukan dalam stadium akhir.

Ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana diagnosa penyakit ini bisa ditegakkan lebih awal. Dengan demikian tingkat keparahan dan resiko kematian bisa dicegah.

Saat ini diagnosa yang paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks adalah dengan Pap Smear Karenanya Departemen Patologi Anatomik (PA) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) memberikan penyuluhan Pap Smear kepada Tenaga Kesehatan (Nakes) di RSIA Hikmah Sawi, Bangkalan, Rabu, 19 Juli 2023.

Pelatihan yang diselenggarakan secara online melalui zoom meeting ini merupakan bagian dari rangkaian program pengabdian masyarakat Departemen PA tahun 2023.

Wakil Ketua Departemen PA, dr. Alphania Rahniayu, Sp.P.A., Subsp.D.H.B (K) mengungkapkan, penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai Pap Smear bagi Nakes di RSIA Hikmah Sawi, Bangkalan.

Wakil Ketua Departemen PA, dr. Alphania Rahniayu, Sp.P.A., Subsp.D.H.B (K) saat memberi sambutan di awal acara seminar

“Kami yakin para nakes yang hadir di sini sudah menguasai tata laksana Pap Smear. Kami berikan penyuluhan ini untuk merefresh pengetahuan. Sehingga siap jika sewaktu-waktu diharapkan untuk melakukan Pap Smear,” ujarnya dalam sambutan.

Seminar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama merupakan materi mengenai kanker serviks yang dibawakan langsung oleh dr. Alphania Rahniayu, Sp.P.A., Subsp.D.H.B (K). Kemudian materi kedua mengenai tata laksana Pap Smear yang dibawakan oleh Dr. Etty Hary Kusumastuti, Sp.P.A., Subsp.S.P.(K), FIAC.

Rangkaian kegiatan ini akan dilanjutkan dengan Pap Smear gratis untuk masyarakat di Bangkalan yang akan diselenggarakan pada tanggal 22 Juli mendatang.

Kegiatan Pengmas ini menggandeng Persatuan Dokter Spesialis Patologi Anatomik (PDSPA) cabang Surabaya. (ISM)

Kasus Diabetes Anak Terus Meningkat, FK UNAIR Beri Penyuluhan untuk Remaja –Kasus Diabetes Anak Terus Meningkat, FK UNAIR Beri Penyuluhan untuk Remaja –

Diabetes Mellitus (DM), atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis umumnya dikenal sebagai penyakit yang hanya diderita oleh orang tua. Namun ternyata penyakit ini juga dapat dijumpai pada usia muda, bahkan anak-anak. Angka kejadian diabetes pada anak di Indonesia naik sebanyak 70 kali lipat pada tahun 2023 dibanding tahun 2010, mencapai hingga 1645 anak. Terdapat 3jenis diabetes pada anak, yaitu antara lain: DM tipe 1, 2 dan Monogenic. Diabetes melitus tipe 1 lebih banyak dijumpai pada anak.

Akhir-akhir ini berbagai studi melaporkan peningkatan kasus DM tipe-2 pada anak. Faktor risiko yang dilaporkan antara lain obesitas, genetik, etnik, serta riwayat DM tipe-2 di keluarga. Gejala diabetes anak seringkali tidak khas, sehingga banyak pasien diabetes datang dan pertama kali terdiagnosis dalam keadaan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)—kondisi yang ditandai dengan keadaan sesak serta kadar gula darah yang tinggi dan membahayakan nyawa.

Untuk meningkatkan pengetahuan remaja akan diabetes mellitus, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Endokrinologi RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR Surabaya mengadakan acara pengabdian masyrakat bagi santri Pondok Pesantren Thursina Malang pada tanggal 18 Agustus 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 180 santri SMP Kelas 8 dan 9. Acara dibuka dengan sambutan oleh Ustadz Rois Haqiqi M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Thursina Malang serta Dr. dr. Nur Rochmah, Sp.A(K) selaku perwakilan dari FK UNAIR. Dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut kepada para santri sebelum pemberian materi. Para santri yang tergolong dalam kategori overweight dan obesitas kemudian dilakukan pemeriksaan kadar gula acak kapiler. Dari 60 santri yang diperiksa gula darah, tidak ada yang menunjukkan kadar gula darah acak yang tinggi.

Acara dilanjutkan dengan pemberian materi tentang diabetes mellitus pada remaja oleh dr. Rayi Kurnia Perwitasari, Sp.A., M.Ked.Klin dan sesi tanya jawab dengan 3 pakar endokrin anak (Dr. dr. Nur Rochmah, Sp.A(K), dr. Yuni Hisbiyah, Sp.A, MMRS, dan dr. Rayi Kurnia Perwitasari, Sp.A., M.Ked.Klin). Tidak hanya teori, materi yang diberikan juga meliputi tips serta ajakan untuk melakukan gaya hidup sehat sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyakit diabetes mellitus. Para santri tampak antusias mendengarkan materi dan banyak mengajukan pertanyaan setelah materi selesai dipaparkan. Tingkat pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan dinilai menggunakan Pre-test dan Post-test yang dibagikan kepada para santri. Secara keseluruhan, terdapat peningkatan rata-rata nilai Pre-test dan Post-test yang menunjukkan meningkatnya pengetahuan para santri akan penyakit diabetes mellitus, terutama pada remaja.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan remaja akan penyakit diabetes mellitus. Para santri diharapkan dapat menerapkan pola makan dan gaya hidup yang sehat guna mencegah penyakit diabetes mellitus baik pada masa remaja, maupun kelak nanti pada usia dewasa.

Penulis: Qorri ‘Aina