Tag: Belum

Indonesia Belum Juga Bebas Kusta, Mahasiswa Kedokteran Harus Ikut AndilIndonesia Belum Juga Bebas Kusta, Mahasiswa Kedokteran Harus Ikut Andil

Indonesia masih belum terbebas dari kusta. Meski Surabaya dan beberapa daerah menyatakan nol kasus. Nyatanya di daerah lain masih ada bahkan jadi endemi.

Dari data yang dimiliki Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), penderita kusta di Indonesia masih tertinggi ketiga di dunia. Di Jawa Timur sendiri, endemi kusta masih terjadi di kawasan Madura dan Pantura.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) Cabang Surabaya, Dr. Yulianto Listiawan, dr., SpKK mengatakan kusta adalah penyakit kuno. Penyakit ini tidak diketahui penyebabnya. “Yang pasti itu bukan kutukan, bukan keturunan, bisa diobati dan sembuh,” ujarnya ditemui seusai Roadshow KSMHI-Perdoski memperingati hari kusta, di Ruang Sidang Gramik FK UNAIR, 28 Februari 2023.

Memang stigma di masyarakat masih menganggap kusta ini penyakit keturunan dan kutukan. Karena cacat yang harus ditanggung penderita bisa seumur hidup jika tidak diobati.

“Karena stigma kutukan itu maka penderita tidak mau berobat. Mereka biarkan dan akhirnya menimbulkan kecacatan. Karena kecacatan itu akhirnya menurunkan produktivitas seseorang,” tukas Ketua Departemen Penyakit Kulit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Yang pasti kata dr Yulianto, kusta ini penyakit menular. Penularan dari doplet dari penderita. “Karenanya yang tertular itu orang-orang di sekitarnya. Penderita berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Sehingga seringkali dianggap penyakit keturunan,” jelasnya.

Dari tertular, kata dr Yulianto, masa inkubasi penyskit ini bisa 10 hingga 20 tahun. Sehingga tidak disadari jika sudah tertular.

Padahal penyakit ini tanda-tandanya sudah bisa dideteksi. Misalnya kulit merah-merah namun tidak gatal. “Merah tapi tidak gatal itu karena jaringan syaraf di kulit sudah mati, mati rasa,” ungkapnya.

Karena itu, jika ada orang di sekitar sudah dideteksi menderita kusta, maka sesegera mungkin memeriksakan diri. Karena jika dideteksi, maka bisa diobati dan bisa sembuh.

“Diobati sekali saja itu sudah bisa sembuh. Karenanya jangan takut distigma macam-macam,” tuturnya.

Karena itu, Perdoski merasa perlu adanya edukasi pada masyarakat sehingga penyakit ini bisa diberantas agar kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa meningkat.

Salah satu yang dilakukan Perdoski adalah mendatangi kampus-kampus kedokteran, agar pada calon dokter mulai peduli pada kasus kusta ini. Harapannya mereka bisa lebih massif mengedukasi masyarakat terkait kusta ini.

“Kepedulian harus dipupuk sejak dini. Sebelum adik-adik ini mengabdi jadi dokter mereka harus diedukasi agar peduli terhadap penyakit ini,” tandasnya. (ISM)

Belum Menikah, Bolehkah Pap Smear? –Belum Menikah, Bolehkah Pap Smear? –

Dokter Spesialis Patologi Anatomi (PA) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menghimbau para perempuan untuk melakukan Pap Smear setahun sekali. Himbauan ini ditujukan untuk menekan angka kejadian kanker serviks yang tergolong masih tinggi di Indonesia.

“Anjuran Pap Smear satu tahun sekali ini mengacu pada rekomendasi dari American Cancer Society,” ujar Wakil Ketua Departemen PA, dr. Alphania Rahniayu, Sp.P.A., Subsp.D.H.B (K) saat mengisi penyuluhan mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear untuk Tenaga Kesehatan (Nakes) di RS Mawaddah Medika, Mojokerto secara daring, Selasa, 25 Juli 2023.

Pap Smear merupakan prosedur diagnosa yang paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks. Pap smear mampu mendeteksi gejala kanker serviks sejak stadium awal bahkan dalam fase pra kanker.

“Sama halnya kanker lain, semakin awal diagnosa, maka semakin mudah disembuhkan. Sebaliknya, jika baru dideteksi saat stadium lanjut, maka risiko kematian juga tinggi,” paparnya.

Hal ini yang menyebabkan angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia yang masih tinggi. Hal ini karena 75 persen kasusnya ditemukan dalam stadium akhir.
Kendati dianjurkan, tidak semua wanita bisa melakukan pap smear. Mereka yang sudah menikah atau yang aktif melakukan hubungan seksual saja yang dianjurkan untuk pap smear rutin satu tahun sekali. Dianjurkan bagi wanita tiga tahun setelah aktif melakukan hubungan seksual dan sebaiknya dilakukan sebelum mengalami gejala apapun.

“Sementara yang belum menikah belum perlu untuk melakukan pap smear,” tambah Dr. Etty Hary Kusumastuti, Sp.P.A., Subsp.S.P.(K), FIAC dalam kesempatan yang sama.

Tak dipungkiri sebagian perempuan merasa takut atau risih karena pemeriksaan ini dilakukan di bagian vital. Namun perlu diketahui bahwa skrining ini tidak menimbulkan nyeri.

“Pemeriksaannya juga cenderung sederhana dan tidak memerlukan obat-obatan,” tambahnya.

Untuk menghindari lupa, Dokter Etty menyarankan agar Pap Smear dilakukan di momen-momen special. Misalnya saat ulang tahun, ulang tahun pernikahan, kenaikan kelas, sehabis lebaran dan lain sebagainya.

“Ini lebih mudah diingat sehingga tidak sampai terlewat lebih dari satu tahun,” terangnya.

Penyuluhan kanker serviks dan pap smear daring ini merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen PA FK UNAIR tahun 2023. Kegiatan dilanjutkan dengan layanan pap smear gratis kepada 100 pasien RS Mawaddah Medika, Mojokerto, Sabtu, 29 Juli 2023 (Ism)