Tag: Bangunan

Berusia Satu Abad, Aula FK UNAIR Masuk Bangunan Cagar Budaya –Berusia Satu Abad, Aula FK UNAIR Masuk Bangunan Cagar Budaya –

Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) merupakan bangunan cagar budaya. Artinya, sebuah warisan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan.

Aula FK UNAIR ini mulai difungsikan pada tahun 1923 dan merupakan bagian dari NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School), Sekolah kedokteran pertama di Surabaya.

Bulan Juli ini, Aula FK Unair memasuki usia satu abad. Sebagai bentuk suka cita, pertambahan usia ini dirayakan dengan serangkaian acara dari tanggal 4 hingga 5 Juli 2023.

Dekan FK Unair, Prof Dr. Budi Santoso dr., Sp. OG, Subsp. F.E.R (K) mengungkapkan, Gedung Aula FK Unair tak 100 persen seperti bangunan aslinya. Namun dia menjamin jika keaslian gedung ini mencapai di atas 90 persen.

“Kalau keaslian 100 persen tidak ya. Mungkin di atas 90 persen, iya, terangnya seusai Acara Peringatan 100 tahun Aula FK Unair, Rabu, 06 Juli 2023.

Karena berstatus sebagai bangunan cagar budaya, FK Unair sangat berhati-hati dalam pemeliharaan. Pengecatan bagian luar dilakukan secara berkala tanpa mengubah keotentikan bangunan.

“Pada tahun 2022 lalu sempat kami cat ulang aula bagian luar sehingga terlihat makin segar,” ujarnya.

Adapun bagian yang sudah tidak asli terletak pada penggunaan cat untuk plafon atap. Prof Budi menuturkan jika aslinya plafon atap menggunakan plitur kayu. Sementara saat ini menggunakan cat.

“Permintaan Almarhum Prof Sudarso saat beliau masih sugeng (hidup), beliau berpesan agar sebaiknya dikembalikan seperti dulu, ”lanjut dekan.

Kendati demikian, untuk mengembalikan ke bentuk semula ini juga perlu teknik khusus yakni dengan dibakar. Sehingga cat yang masuk ke dalam pori-porinya ini hilang. Baru kemudian diplitur.

“Padahal ruangan ini penggunaannya sangat padat. Setiap hari bergantian digunakan untuk kegiatan. Sehingga nanti akan diluangkan waktu andaikan nanti akan dipugar,” tambahnya.

Prof Budi melanjutkan pihaknya pun tidak bisa sembarangan merenovasi gedung. Pasalnya, gedung FK Unair saat ini sudah berstatus sebagai cagar budaya.

“Kami terus bekerja sama dengan arsitek, ahli sejarah, maupun Pemkot Surabaya untuk pemeliharaan gedung,” tuturnya.

FK UNAIR pada tahun 1970, sumber foto : ig @potolawas, Koleksi Harrison Forman

Sementara itu Freddy Istanto, pemerhati bangunan cagar budaya sekaligus founder Surabaya Heritage menuturkan, bukan hal yang mudah bisa mempertahankan bangunan cagar budaya dengan keaslian di atas 90 persen, hingga berusia 100 tahun.

“Ini harus dijaga karena menjadi ikon. Bangunan cagar budaya itu tidak boleh membeku, tapi perlu dikembangkan lagi di masa kini,” ujarnya saat dijumpai Basra dalam kesempatan yang sama.

Freddy mengungkapkan jika Surabaya mempunyai titik-titik bangunan kolonial bersejarah, dan gedung FK Unair menjadi salah satunya.

“Kota itu ibaratnya museum. Kota memang harus maju tapi catatan peristiwa lampau di dalamnya harus tetap ada (lewat gedung-gedung peninggalan masa lampau),” tukasnya.

“Tidak banyak bangunan bersejarah yang bisa bertahan. Karena kemajuan teknologi akhirnya bangunan itu dibongkar saja. Saya berharap bangunan (FK Unair) ini bisa terus dirawat keberadaannya,” tukasnya.

Penulis : Ismaul Choiriyah