Tag: Atma

Urgensi Tingginya Tuberkulosis di Indonesia, Delegasi FK UNAIR Meraih Juara 3 Esai Ilmiah Atma Cordis Ilmiah Aesculapius FKIK Unika Atma Jaya 2023 dengan Gagasan “IMPACT”Urgensi Tingginya Tuberkulosis di Indonesia, Delegasi FK UNAIR Meraih Juara 3 Esai Ilmiah Atma Cordis Ilmiah Aesculapius FKIK Unika Atma Jaya 2023 dengan Gagasan “IMPACT”

Bukan hal asing bagi Ksatria Airlangga dalam meraih Juara untuk mengharumkan nama Universitas Airlangga. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya Delegasi FK UNAIR sebagai Juara 3 Lomba Esai Ilmiah Atmacordis Ilmiah Aesculapius 2023 yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.

Atmacordis Ilmiah Aesculapius 2023 mengangkat tema “Effort to Ameliorate Tropical Infectious Diseases as A Renowned Global Health Burden Through Innovative Medical and Scientific Strategies.” dengan 6 cabang lomba yaitu Esai Ilmiah, Scientific Paper, Literature Review, Public Poster, Scientific Poster, dan Video Edukasi.

“Saya dan rekan saya, Mayandra, mewakili UNAIR di cabang lomba Esai Ilmiah Atmacordis Ilmiah Aesculapius 2023 pada tahun ini.” ungkap Rafi Pratama yang merupakan ketua tim. Rafi menyebutkan bahwa mereka berdua tertarik mengikuti lomba tersebut sebab tema yang diangkat menarik, yakni mengenai infeksi penyakit tropis. Pada lomba kali ini, Rafi dan Mayandra menulis esai ilmiah dengan judul “IMPACT (Interferon-gamma Microneedles Patch for Tuberculosis): Inovasi Pengobatan Tuberkulosis Menggunakan Interferon-gamma dalam Sediaan Microneedles Patch.”

“Pada inovasi ini, kami merancang suatu sediaan obat dalam patch yang akan memudahkan proses penyembuhan Tuberkulosis.” ujar Rafi. “Kami mengusulkan ide ini sebab kami melihat urgensi Tuberkulosis di Indonesia dan banyaknya celah dalam berbagai upaya pengobatan selama ini yang kurang optimal sehingga terciptalah IMPACT sebagai solusi dari masalah tersebut.” ungkap Mayandra untuk menambahkan penjelasan sebelumnya.

Inovasi ini  diciptakan karena berbagai upaya pengobatan Tuberkulosis banyak sekali celah yang berisiko dalam pengobatan Tuberkulosis saat ini. Sebut saja FDC (Fix Dose Combination) yang tersedia sebagai OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiri dari Rifampicin, Isoniazid, dan Pyrazinamide yang menyebabkan efek samping bagi konsumen seperti air kencing yang kemerahan, mual, dan nyeri perut. Selain efek samping dari segi fisik, OAT juga menimbulkan gangguan psikis seperti kecemasan, rasa lelah dalam pengobatan, dan gangguan mental lainnya. Oleh karena itu, IMPACT didesain sebagai sediaan patch berisi Interferron-gamma untuk memudahkan penderita dalam pengobatan Tuberkulosis tanpa konsumsi oral dan minim risiko serta efek samping.

“Berbagai edukasi dan kegiatan sosialisasi Tuberkulosis di Indonesia tidak cukup menjawab permasalahan yang timbul jika OAT tetap menghadirkan efek samping yang berbahaya. Oleh karenanya, kami mengusulkan ide ini dengan Interferron-gamma sebagai zat untuk mengeliminasi Myobacterium Tuberculosis, bakteri penyebab utama Tuberkulosis.” lanjut Rafi.

Selama persiapan lomba, Rafi dan Mayandra membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan sejak permulaan bulan Februari. Jangka waktu yang cukup lama tersebut digunakan untuk mengoptimalkan gagasan agar dapat memberikan hasil terbaik untuk almamater dengan gagasan yang tepat guna dan inovatif.

“Selama persiapan lomba, kami selalu berdiskusi satu sama lain untuk memutuskan inovasi yang akan kami usung, yang terkesan cukup berat sebab membahas inovasi yang tidak hanya menyangkut topik Kedokteran, tetapi juga Farmasi sebab kami mengusung sebuah obat baru untuk Tuberkulosis. Hal tersebut notabennya tidak diajarkan di perkuliahan. Alhasil kami harus mempelajari Tuberkulosis, obat dan zat penyembuhan, dan teknologi yang digunakan secara mandiri.” jelas Mayandra.

“Ketika babak final dan mempresentasikan lomba, kami mendapatkan feedback yang cukup baik dari dewan juri. Mereka menilai bahwa inovasi kami adalah salah satu yang terbaik karena rasional, tepat guna, dan aplikatif dalam menjawab permasalahan Tuberkulosis. Meskipun kami juga melihat ide-ide yang hebat dari peserta lain, yang sedikit membuat kami goyah, tetapi kami tetap yakin bahwa inovasi yang kami bawa adalah inovasi yang terbaik yang dapat kami usulan dalam membangun Indonesia yang sehat dan sejahtera.” lanjut Rafi.

Terlepas dari penjelasan tersebut, Rafi dan Mayandra menuturkan bahwa sebenarnya mereka sedikit kecewa ketika hanya dinyatakan sebagai Juara 3 karena mereka memasang target sebagai Juara 1 agar dapat pulang dengan bangga membawa nama almamater di kancah nasional. Namun, mereka tetap bersyukur dan terus mencoba di kompetisi selanjutnya agar semakin lebih baik.

Penulis : Mochamad Rafi Pratama Hariyanto Putra dan Mayandra Alif Anggita Putri (Kedokteran 2022)

Angkat Ide Penggunaan Miltefosine Sebagai First Oral Therapy Leishmaniasis, Delegasi FK Unair Raih Juara 2 Atma Cordis Aesculapius FK UAJ Jakarta –Angkat Ide Penggunaan Miltefosine Sebagai First Oral Therapy Leishmaniasis, Delegasi FK Unair Raih Juara 2 Atma Cordis Aesculapius FK UAJ Jakarta –

Membanggakan almamater tercinta adalah harapan bagi semua ksatria Airlangga, tak terkecuali bagi Fan Maitri Aldian, Maxwell Salvador Surya Atmaja, dan Melissa Valentina Ariyanto. Ketiganya berhasil meraih juara 2 lomba literature review pada acara Atma Cordis Aesculapius yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UAJ) Jakarta.

Atma Cordis Aesculapius adalah lomba ilmiah yang diadakan setiap tahunnya oleh kampus yang berlokasi di daerah Jakarta Utara tersebut. Pada tahun ini, lomba itu mengusung tema “Effect to Ameliorate Tropical Infectious Diseases as a Renowned National Health Burden through Innovative Medical and Scientific Strategies” dengan 6 cabang lomba yaitu poster publik, video edukasi, literature review, poster ilmiah, research paper, dan esai ilmiah.

“Saya, Fan, dan Melissa tertarik mengikuti lomba ini karena temanya yang unik, yaitu tropical disease, yang mana merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui di Indonesia namun sering dilupakan oleh masyarakat” ungkap Maxwell Salvador Surya Atmaja, salah satu anggota tim.

Maxwell juga mengatakan bahwa ada 2 tim lain dari delegasi UNAIR yang mewakili cabang lomba esai ilmiah dan poster publik. Pada lomba kali ini, Maxwell dan tim menulis literature review dengan judul “Apakah Miltefosine Terbukti Efektif dan Aman untuk Pengobatan Leishmaniasis? Tinjauan Sistematis dan Meta- Analisis dari Uji Acak Terkontrol.” “Di sini, saya dan tim melakukan studi kuantitatif dengan meta analisis untuk membuktikan efektivitas Miltefosine sebagai first oral therapy penyakit leishmaniasis dengan membandingkan obat tersebut efikasinya yang tinggi dan efek sampingnya yang ringan serta cara pengaplikasiannya yang mudah diterapkan karena dikonsumsi secara oral,” tambah Fan Maitri Aldian sebagai salah satu anggota tim.

Ide ini dicetuskan karena Fan dan tim melihat bahwa obat lain yang telah ada memang memiliki efektivitas yang tinggi namun cara aplikasinya sulit karena menggunakan metode injeksi. Di samping itu, obat-obat an tersebut menimbulkan banyak efek samping yang serius bahkan bisa menyebabkan kematian.

Dalam mempersiapkan lomba, Fan dan tim membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan mulai dari permulaan bulan Januari untuk mencari ide dan mengerjakan keseluruhan paper literature review nya. “Awal tahun baru 2023 kami mulai brainstorming ide lalu mengerjakan paper nya. Kami berusaha semaksimal mungkin agar bisa masuk 10 besar sehingga bisa presentasi secara offline di Jakarta untuk memperebutkan juara,” jelas Fan.

Setelah 10 besar finalis literature review diumumkan pada tanggal 25 Februari 2023, kami mulai mempersiapkan slide power point untuk presentasinya, juga memikirkan properti apa yang akan digunakan agar presentasinya lebih menarik. “Di lomba kali ini kami merasa cukup tertantang karena ada delegasi dari universitas lain yang pernah kami jumpai di lomba sebelumnya dan mereka juga hebat. Oleh sebab itu, kami memutar otak dengan menyiapkan banyak ‘kejutan’ saat presentasi nanti,” tambah Maxwell.

Namun, ada kejadian yang cukup membuat Maxwell dan tim cemas karena sehari sebelum presentasi yaitu ketika technical check, slide power point yang diberikan ke panitia berantakan formatnya.“Waktu itu kami agak panik, terutama Melissa karena banyak gambar dan tulisannya yang berantakan sedangkan kami hanya diberi waktu lima menit untuk merevisi itu semua,” ungkap Maxwell.

Namun dibalik itu semua, presentasi selama 10 menit di hadapan dewan juri pada hari Kamis, 30 Maret 2023 berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang bisa dilihat juga oleh 10 finalis lainnya. Puji Tuhan presentasinya cukup lancar dan kami bisa menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan dewan juri. Namun kami juga was-was karena presentasi kelompok lain pun cukup bagus, jadi kami berdoa agar mendapatkan hasil yang terbaik,” tambah Maxwell.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil, itulah yang dibuktikan oleh Maxwell dan tim. Pada hari Sabtu, 1 April 2023 pukul 15.30, mereka dinyatakan berhasil meraih juara 2 lomba literature review Atma Cordis Aesculapius 2023. Fan dan tim merasa cukup puas walaupun sebenarnya terbersit sedikit rasa kecewa karena tidak bisa meraih juara 1 untuk membawa lebih tinggi lagi nama almamater di kancah nasional. Namun mereka tetap bersyukur dan akan mencoba di kompetisi selanjutnya agar bisa lebih baik lagi. “Kami akan evaluasi kesalahan di tahun ini lalu akan mencoba lagi tahun depan. Mungkin akan mengikuti lebih dari 1 cabang lomba dan semoga bisa membawa pulang juara 1. Amin,” tandasnya.

Penulis: Melissa Valentina Ariyanto (Kedokteran 2021)